Nationalgeographic.co.id—Castor dan Pollux adalah dua tokoh legendaris dalam mitologi Yunani yang dikenal karena ikatan persaudaraan mereka yang tak terpisahkan. Meski sering disebut sebagai Dioscuri, atau "anak-anak Zeus," kisah mereka penuh dengan keajaiban dan paradoks.
Mereka dikisahkan lahir dari Leda, seorang ratu yang menerima kunjungan Zeus dalam wujud angsa. Dari pertemuan ini, Leda melahirkan dua telur.
Dari salah satu telur, lahirlah Castor, anak manusia; sementara dari telur lainnya, lahir Pollux, yang setengah dewa. Keunikan asal-usul ini menjadikan hubungan mereka tidak hanya sebagai saudara kembar, tetapi juga simbol hubungan antara yang fana dan yang ilahi.
Kisah mereka penuh petualangan dan kepahlawanan. Salah satu cerita paling terkenal adalah "penyelamatan Helen," saudara tiri mereka yang diculik oleh Theseus. Castor dan Pollux memainkan peran penting dalam membebaskannya.
Mereka juga turut serta dalam Perburuan Babi Hutan Kalidon dan menjadi bagian dari para Argonaut yang mencari Bulu Domba Emas. Selain keberanian mereka, Castor dan Pollux dihormati sebagai pelindung para pelaut, sering dimintai perlindungan selama pelayaran berbahaya.
Namun, ikatan erat mereka benar-benar diuji dalam peristiwa tragis yang melibatkan kematian Castor. Ketika Castor tewas dalam pertempuran, Pollux yang abadi dilanda kesedihan yang mendalam.
Tidak sanggup hidup tanpa saudaranya, Pollux memohon kepada Zeus untuk membiarkan mereka berbagi keabadiannya. Zeus, tersentuh oleh cinta dan pengorbanan Pollux, mengabulkan permintaan ini dengan mengabadikan keduanya di langit sebagai konstelasi Gemini.
Konstelasi bintang yang hingga kini menghiasi malam ini menjadi simbol cinta persaudaraan yang abadi, tak tergoyahkan oleh waktu atau kematian.
Dengan kisah mereka, Castor dan Pollux tidak hanya menjadi ikon mitologi tetapi juga representasi kosmik dari hubungan manusia dengan alam semesta, di mana cinta dan pengorbanan mampu menjembatani dunia fana dan abadi.
Maup van de Kerkhof mengungkap kisah mereka dalam Castor and Pollux: The Twins that Shared Immortality, yang dimuat pada laman History Cooperative.
"Kisah Castor dan Pollux, dua tokoh legendaris dalam mitologi Yunani, penuh dengan misteri dan berbagai versi yang berkembang dari waktu ke waktu," tulis Van de Kerkhof. "Mereka adalah saudara kembar yang memiliki ikatan begitu erat, meskipun asal-usul mereka menimbulkan banyak perdebatan," lanjutnya.
Baca Juga: Semua yang Lahir dari Rahim Manusia adalah 'Budak' Dewi Takdir Yunani
Kisah mereka dimulai dengan Ratu Leda, ibu mereka, yang keindahannya memikat perhatian bahkan para dewa. Leda, seorang putri yang menjadi ratu Sparta setelah menikah dengan Raja Tyndareus, digambarkan sebagai wanita dengan rambut hitam yang indah dan kulit seputih salju.
Dalam sebuah peristiwa yang luar biasa, Zeus, penguasa para dewa, jatuh cinta kepada Leda. Ia memilih cara yang tak biasa untuk mendekatinya, yakni menyamar sebagai seekor angsa putih.
Suatu pagi, ketika Leda berjalan di tepi Sungai Eurotas, ia melihat angsa ini dikejar oleh elang. Tergugah oleh rasa belas kasihan, Leda menolong angsa itu, yang kemudian menampakkan daya tarik magisnya. Namun, angsa itu ternyata adalah Zeus sendiri, yang menggunakan kesempatan ini untuk mendekati sang ratu.
Interaksi antara Zeus dan Leda menghasilkan kisah kelahiran yang unik. Dalam satu malam yang sama, Leda juga tidur bersama suaminya, Raja Tyndareus. Hal ini menghasilkan kehamilan yang melahirkan empat anak luar biasa: Castor, Pollux, Helen, dan Clytemnestra.
Karena pertemuan Leda dengan Zeus berbentuk angsa, legenda mengatakan bahwa anak-anak ini lahir dari sebuah telur. Namun, tidak semua anak berbagi darah ilahi Zeus.
Castor dan Clytemnestra dianggap sebagai anak-anak Raja Tyndareus, sedangkan Pollux dan Helen adalah keturunan Zeus, menjadikan mereka setengah dewa.
Hubungan antara Castor dan Pollux tidak hanya bersifat biologis tetapi juga simbolis. Meskipun mereka disebut saudara kembar, dalam beberapa versi mitos, mereka sebenarnya saudara tiri dengan sifat berbeda: Castor adalah manusia fana, sedangkan Pollux abadi karena warisan Zeus. Meskipun perbedaan ini menciptakan ketegangan filosofis dalam cerita mereka, ikatan mereka tetap tak terpisahkan.
Dalam bahasa Yunani kuno, mereka dikenal dengan nama asli Kastor dan Polydeukes, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Latin menjadi Castor dan Pollux. Sebagai pasangan yang selalu bersama, mereka juga dikenal sebagai Dioskouroi, atau "pemuda Zeus," yang menekankan hubungan mereka dengan dewa guntur itu.
Namun, karena paternitas mereka masih diperdebatkan, mereka kadang disebut Tyndaridae, yang merujuk pada Raja Tyndareus sebagai ayah mereka.
"Kisah Castor dan Pollux adalah cerminan kompleksitas mitologi Yunani, yang penuh dengan keajaiban, kontradiksi, dan hubungan mendalam antara manusia dan dewa."
"Mereka tetap menjadi simbol ikatan yang tak terpisahkan, bahkan ketika asal-usul mereka terus diperdebatkan oleh para penggemar mitos hingga hari ini," papar Van de Kerkhof.
Baca Juga: 7 Kapal Kuno yang Penemuannya Menggemparkan Sejarah Umat Manusia
Petualangan Castor dan Pollux
Castor dan Pollux, dua saudara kembar yang ikonik dalam mitologi Yunani dan Romawi, memiliki masa kecil yang membentuk mereka sebagai pahlawan sejati.
Sejak muda, mereka mengembangkan kemampuan luar biasa yang membuat mereka terkenal. Castor, dengan keterampilannya yang luar biasa dalam menunggang kuda, menjadi sosok yang dihormati.
Sementara itu, Pollux, dengan kekuatan dan keahliannya dalam bertinju, memancarkan aura seorang petarung abadi yang tak terkalahkan. Dua bakat ini, meski berbeda, mencerminkan peran mereka yang seimbang sebagai pelindung pelayaran dan seni berkuda.
Kisah mereka dipenuhi petualangan heroik, salah satunya adalah penyelamatan Helen, saudari mereka, dari penculikan yang dilakukan oleh Theseus dan sahabatnya, Pirithous. Setelah kehilangan pasangan mereka, kedua pria ini memutuskan untuk menculik putri Zeus yang terkenal akan kecantikannya, Helen, dari Sparta.
Mereka membawa Helen ke Aphidnae, sebuah tempat di Attica, dengan tujuan menjadikannya istri. Namun, Castor dan Pollux, yang tak akan membiarkan saudari mereka menjadi korban keegoisan, segera memimpin pasukan Sparta untuk menyelamatkannya.
Ada hal menarik dalam kisah ini yang sering menjadi bahan perdebatan. Menurut beberapa versi, Helen masih sangat muda saat penculikan terjadi, mungkin baru berusia tujuh hingga sepuluh tahun.
Hal ini berarti Castor dan Pollux, yang lahir bersamaan dengannya, juga masih sangat muda ketika memimpin ekspedisi penyelamatan yang berani itu. Meskipun usia mereka tampak muda untuk standar modern, mitologi Yunani sering mengaburkan batasan usia dalam cerita para pahlawan.
Selain penyelamatan Helen, Castor dan Pollux juga memainkan peran penting dalam kisah besar lainnya, yakni pencarian Bulu Domba Emas. Mereka dikenal sebagai dua anggota paling penting di antara para Argonaut, kelompok petualang yang dipimpin oleh Jason, putra Aeson, raja Iolcos di Thessaly.
Dalam perjalanan epik ini, keduanya menunjukkan keberanian dan kecakapan mereka, memperkuat reputasi mereka sebagai pahlawan yang tak terpisahkan.
Kisah-kisah ini, baik dalam mitologi Yunani maupun Romawi, menempatkan Castor dan Pollux sebagai simbol persaudaraan, keberanian, dan perlindungan, menjadikan mereka abadi di antara para bintang di konstelasi Gemini.
Baca Juga: Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Castor dan Pollux, dua saudara kembar yang tak terpisahkan, memainkan peran penting dalam kisah Jason dan para Argonaut. Sebagai bagian dari kru legendaris yang mencari Bulu Domba Emas, mereka menunjukkan keberanian dan kemampuan yang luar biasa.
Salah satu momen paling menonjol dalam petualangan ini adalah ketika Pollux, dengan keahliannya sebagai petinju, berhasil mengalahkan Raja Bebryces dalam sebuah pertandingan.
Kemenangan ini memungkinkan rombongan Argonaut melanjutkan perjalanan mereka tanpa halangan di kerajaan tersebut.
Namun, peran mereka tidak hanya terbatas di daratan saja. Castor dan Pollux dikenal juga karena keahlian mereka dalam pelayarannya di laut, sebuah kemampuan yang terbukti menyelamatkan nyawa banyak anggota kru.
Ketika badai besar mengancam armada mereka, kecakapan si kembar pelaut ini menjadi penentu keselamatan seluruh rombongan. Ketangguhan mereka di tengah badai bahkan membuat mereka dianggap sebagai pelindung para pelaut.
Legenda ini diperkuat oleh kepercayaan bahwa Castor dan Pollux diberkahi dengan bintang di atas kepala mereka, sebuah tanda ilahi yang menegaskan status mereka sebagai penjaga pelayaran.
Mereka juga sering dikaitkan dengan fenomena alam yang dikenal sebagai Api St. Elmo. Fenomena ini, yang muncul sebagai cahaya bercahaya setelah badai laut, dianggap oleh banyak pelaut kuno sebagai tanda perlindungan.
Beberapa percaya bahwa cahaya itu adalah roh para pelaut yang telah meninggal, hadir untuk memperingatkan bahaya yang akan datang, menjadikan Castor dan Pollux simbol harapan dan keamanan bagi para pengembara laut.