Inisiatif restorasi mangrove terbesar di dunia
Di tengah maraknya isu perubahan iklim global, Pakistan telah mengambil langkah signifikan dengan meluncurkan Proyek DBC pada tahun 2015. Kolaborasi antara Indus Delta Capital Private Limited dan Departemen Kehutanan Sindh ini menjadi salah satu inisiatif restorasi mangrove terbesar di dunia.
Dengan jangka waktu proyek selama 60 tahun, DBC memiliki ambisi yang sangat besar: mengamankan 102.000 hektar hutan mangrove yang masih ada dan mengembalikan kejayaan 226.000 hektar lahan mangrove yang telah terdegradasi.
Delta Indus, dengan kekayaan sumber daya alamnya, memiliki potensi luar biasa sebagai penyimpan karbon biru. Karbon biru, yang tersimpan dalam ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun, dan rawa garam, menjadi komoditas global yang sangat berharga.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya mitigasi perubahan iklim, permintaan akan kredit karbon dari proyek-proyek seperti DBC pun semakin tinggi. Kredit karbon ini dihasilkan dari pengurangan emisi gas rumah kaca yang berhasil dicapai melalui kegiatan restorasi ekosistem.
Keberhasilan awal Proyek DBC telah membuktikan bahwa Pakistan mampu menghasilkan kredit karbon biru berkualitas tinggi yang diakui secara internasional.
Jutaan pengurangan emisi bersertifikat (CER) telah dihasilkan dari fase pertama proyek ini saja, menurut Talpur, "Menunjukkan potensi besar Pakistan untuk memperoleh pendapatan yang signifikan dari perdagangan karbon."
Beberapa tantangan yang perlu diatasi
Pertumbuhan pasar karbon global yang pesat telah menciptakan peluang baru bagi negara-negara seperti Pakistan. Dengan komitmen internasional terhadap target nol emisi bersih, permintaan akan kredit karbon semakin meningkat.
Negara-negara maju seperti di Eropa, Amerika Serikat, dan Timur Tengah menjadi konsumen utama kredit karbon untuk mengimbangi emisi mereka.
Proyek DBC di Pakistan, yang fokus pada restorasi mangrove, telah berhasil menghasilkan kredit karbon berkualitas tinggi yang menarik minat pembeli internasional.
Baca Juga: Ketika Menghitung 'Blue Carbon' Malah Menjadi Paradoks yang Mengerikan