Nilai kredit karbon dapat mencapai angka yang sangat signifikan, berkisar antara AS$10 hingga AS$40 per ton, tergantung pada kualitas dan proses verifikasinya.
Mengingat skala proyek DBC dan potensi ekspansi ke daerah pesisir lainnya, Pakistan dapat menghasilkan ratusan juta dolar dari penjualan kredit karbon dalam beberapa dekade mendatang.
Pendapatan ini dapat digunakan untuk mendanai upaya konservasi, pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Meskipun potensi karbon biru Pakistan sangat besar, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi," papar Talpur.
Pertama, penting untuk membangun sistem verifikasi yang transparan dan diakui secara internasional untuk memastikan kualitas kredit karbon yang dihasilkan. Standar verifikasi yang ketat akan meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat posisi Pakistan di pasar global.
Kedua, investasi dalam infrastruktur yang memadai untuk melindungi dan memantau ekosistem pesisir sangat krusial. Pemantauan yang berkelanjutan akan memastikan bahwa upaya restorasi mangrove tetap efektif dalam menyerap karbon.
Selain itu, infrastruktur yang baik akan mendukung kegiatan ekonomi berbasis ekosistem, seperti ekowisata dan perikanan berkelanjutan.
Ketiga, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mengembangkan sektor karbon biru. Kemitraan ini akan mempercepat proses perizinan, meningkatkan akses ke pendanaan, dan memperluas jangkauan proyek restorasi mangrove.
Dengan pengelolaan yang tepat, karbon biru dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru bagi Pakistan.
Pendapatan dari penjualan kredit karbon dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim.
Selain itu, sektor karbon biru juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di bidang konservasi, pemantauan, dan pariwisata.
Baca Juga: Bagaimana Program 'Blue Carbon' di Kolombia Buat Masyarakat Semringah?