Empat orang ahli yang sebelumnya memberikan masukan atas pengembangan prinsip-prinsip ini secara terbuka menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap keputusan terbaru ICVCM, dengan salah satu dari mereka bahkan mengambil langkah tegas untuk mengundurkan diri sebagai bentuk protes.
Ketegangan ini berakar pada upaya ICVCM sepanjang tahun 2023 untuk mengevaluasi dan memberikan persetujuan terhadap berbagai "metodologi" yang digunakan oleh pengembang proyek kredit karbon.
Metodologi ini merupakan pedoman teknis yang mendasari pelaksanaan proyek-proyek tersebut, demikian penjelasan Financial Times.
Puncak dari perselisihan ini terjadi pada tanggal 15 November ketika ICVCM mengumumkan persetujuannya terhadap tiga metodologi baru yang mencakup skema penjualan kredit karbon terkait dengan upaya pencegahan deforestasi.
Keputusan ini memicu reaksi keras dari keempat ahli tersebut, yang kemudian menerbitkan sebuah tulisan kritis.
Dalam tulisan tersebut, para ahli berargumen bahwa ICVCM telah membuat kesalahan serius dengan menyetujui metodologi-metodologi yang menurut mereka tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
Rencana baik, tapi perlu eksekusi lebih baik
Konsep dasar proyek-proyek tersebut pada dasarnya adalah pengembang berkomitmen untuk menjaga kelestarian hutan yang seharusnya akan ditebang jika tidak ada intervensi, dan sebagai imbalannya, mereka mendapatkan kredit karbon.
Kredit ini mewakili jumlah emisi karbon dioksida yang berhasil dihindari karena hutan tersebut tidak dikonversi menjadi lahan lain. Namun, skeptisisme terhadap pendekatan ini cukup beralasan.
Bagaimana kita bisa memastikan jumlah pastinya berapa banyak hutan yang akan ditebang jika tidak ada proyek ini? Bukankah ini seperti mencoba menebak masa depan?
Kritik terbaru terhadap proyek-proyek semacam ini tidak sepenuhnya menolak manfaatnya.
Baca Juga: Ketika Menghitung 'Blue Carbon' Malah Menjadi Paradoks yang Mengerikan