Kura-Kura Leher Ular Rote Terancam Punah, Masyarakat Jadi Kunci Konservasi

By Utomo Priyambodo, Minggu, 15 Desember 2024 | 18:00 WIB
Kura-kura rote atau kura-kura leher ular rote (Chelodina mccordi), spesies endemik Indonesia, adalah satu dari 25 spesies kura-kura yang paling terancam di dunia. (H. Zell/Wikimedia Commons)

“Kami juga mengupayakan restorasi vegetasi di sekitar danau untuk menjaga kelestarian habitat. Selain itu, masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan dan pengawasan habitat kura-kura,” terang Kayat.

Potensi ekonomi dari konservasi kura-kura leher ular rote, menurutnya, juga dapat menjadi daya tarik masyarakat. “Dengan strategi ini, kami berharap masyarakat dapat melihat konservasi bukan hanya sebagai tanggung jawab, tetapi juga peluang ekonomi,” harapnya.

Kayat menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah baik pusat maupun daerah, peneliti, dan masyarakat. Dia optimistis melalui pendekatan ilmiah dan kolaborasi aktif, populasi kura-kura rote dapat dipulihkan.

“Semoga kura-kura rote yang kini hampir punah dapat kembali menjadi bagian penting dari ekosistem Pulau Rote. Generasi mendatang harus punya kesempatan melihat spesies ini hidup di alam liar,” ujar Kayat.

Pelibatan masyarakat menjadi kunci dalam konservasi kura-kura leher ular rote ini. (Postdlf/Wikimedia Commons)

Kura-Kura Rote Pernah Melimpah

Kura-kura rote pertama kali diidentifikasi sebagai spesies baru pada 1994. Sebelumnya, spesies ini dianggap sama dengan kura-kura leher ular Papua.

Pada dekade 1970 hingga 1990-an, populasi kura-kura leher ular rote masih melimpah. Kura-kura rote sering ditemukan oleh petani saat membajak sawah. Namun, populasi mereka mulai menyusut drastis akibat perburuan liar dan perusakan habitat.

“Pada 2005, penjualan kura-kura rote terakhir kali tercatat, dan sejak itu spesies ini dinyatakan punah secara de facto di alam liar,” bebernya.

Meski demikian, pemerintah baru memberikan perlindungan resmi pada 2018 melalui Permen LHK No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Selain itu, peran dari Species Specialist Group (SSG) sangat penting untuk menilai dan mengambil keputusan status spesies.

Habitat asli kura-kura rote yang berupa persawahan dan danau alami terus menyusut. Dari 33 lokasi habitat historis, hanya tiga danau yang masih layak dihuni, yaitu Danau Ledulu, Danau Lendeoen, dan Danau Peto. Semuanya milik masyarakat dan berada di luar kawasan hutan.

Aktivitas pertanian intensif, penggunaan pestisida, dan perubahan fungsi lahan menjadi penyebab utama degradasi habitat.

Ancaman lain berasal dari predator seperti babi hutan dan ikan gabus yang memangsa telur dan anakan kura-kura. Selain itu, masuknya spesies invasif dan limbah beracun di sekitar habitat turut memperburuk kondisi konservasi.

Karena itu, Kayat menegaskan konservasi kura-kura rote menjadi pengingat penting akan tanggung jawab manusia terhadap keberlanjutan keanekaragaman hayati. Dengan dedikasi dan kerja sama, pelestarian kura-kura rote bukanlah hal yang mustahil.