Genba Toyota Eco Youth ke-13 di Pacitan: Demi Kelestarian dan Kebaikan Bumi

By Ade S, Sabtu, 21 Desember 2024 | 19:03 WIB
Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumrambah (ketiga dari kiri), General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Ari Syamsudin (keempat dari kiri), dan Editor National Geographic Indonesia Ade Sulaeman (keenam dari kiri) dalam kegiatan genba Toyota Eco Youth 13 di SMA Negeri 2 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (19/12/2024).
Wakil Bupati Pacitan Gagarin Sumrambah (ketiga dari kiri), General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Ari Syamsudin (keempat dari kiri), dan Editor National Geographic Indonesia Ade Sulaeman (keenam dari kiri) dalam kegiatan genba Toyota Eco Youth 13 di SMA Negeri 2 Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Tengah, Kamis (19/12/2024). (Dok. Tim TEY)

General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Ari Syamsudin dalam genba Toyota Eco Youth 13 di SMA Negeri 2 Pacitan, Kamis (19/12/2024).
General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Ari Syamsudin dalam genba Toyota Eco Youth 13 di SMA Negeri 2 Pacitan, Kamis (19/12/2024). (Dok. Tim TEY)

Dispenser pupuk cair dari SMA Negeri 2 Pacitan

Selain SMA Negeri 2 Ngadirojo, masih di hari yang sama, genba TEY 13 di Kabupaten Pacitan juga berlangsung di SMA Negeri 2 Pacitan.

Diwakili oleh Agreta Salsabela Anggraini Susanto dan Eka Risziana Agustin, tim dari sekolah tersebut mengusung ide inovasi yang bertajuk "Dipuca (Dispenser Pupuk Cair) dengan Memanfaatkan Sisa Makanan Sebagai Bahan Baku".

Dalam pemaparannya, Eka menuturkan bahwa gagasan mereka berawal dari adanya masalah sampah sisa makanan baik di wilayah Kabupaten Pacitan secara umum, maupun di sekolah mereka sendiri.

Padahal, menurut Eka, "Memilah sampah itu bukan hal yang sulit untuk dilakukan, hanya tinggal memisahkan sisa makanan dari kemasannya."

Namun, menurut Agreta, pemilahan saja tidaklah cukup. Sampah-sampah tersebut juga seharusnya diolah kembali agar bisa memberikan manfaat.

Apalagi, sampah sisa makanan juga tidak hanya bisa mencemari lingkungan, tapi juga mengganggu kenyamanan karena menimbulkan bau tidak sedap.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, Agreta menilai, "Yang paling efektif dalam pengolahan sampah sisa makanan adalah dengan menjadikannya sebagai pupuk cair alami."

Suatu ide yang menurut mereka tidak hanya bisa diterapkan di sekolah mereka, tapi juga di lingkungan sekitar sekolah, bahkan lebih luas lagi.