Salah satu hal yang menarik dari konten ragil adalah adanya beberapa konten berjenis eksperimen ilmiah yang menggunakan alat-alat atau bahan-bahan yang sederhana. "Tapi yang penting konten itu punya informasi terkait pengetahuan yang mendalam," tutur pria yang kerap menggunakan kupluk tersebut.
Menurutnya sebuah kesalahan besar jika eksperimen ilmiah itu selalu harus menggunakan bahan-bahan yang mahal dan harus dilakukan di tempat yang layak, semisal harus menggunakan tabung reaksi di laboratorium.
Padahal, menurut Ragil, bisa saja kita hanya menggunakan gelas tabung biasa yang secara fungsi sama, sesuai, dan yang terpenting adalah aman.
Apalagi, Ragil juga sangat mengedepankan konsep sirkular dalam eksperimennya. Misalnya dalam eksperimen "Kertas Superpower" yang ditampilkannya dalam Science Film Festival tahun 2024.
"Jadi kita menggunakan kertas bekas yang diolah sedemikian rupa hingga bisa menjadi tutup botol," tutur pria yang juga pernah memanfaatkan paper clip untuk dalam eksperimen koin mengapung.
Beruntung, sekolah tempat Ragil mengabdi juga sangat mendukung kegiatannya sebagai content creator. Terlebih dirinya juga kerap diundang Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (kini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah), sehingga bisa menjadi jembatan antara sekolahnya dengan kementerian.
Saat ditanya tentang tantangan dirinya sebagai content creator, Ragil sempat berpikir keras karena merasa hampir tidak menemui tantangan berarti.
Paling komentar-komentar dari warganet terkait kontennya saja yang tidak jarang salah paham. Khususnya konten-konten yang memiliki banyak audiens. Hanya saja, Ragil berupaya bijak untuk memahami bahwa hal itu berada di luar kuasa kita.
Salah satu contohnya adalah saat menjelaskan seberapa jauh penurunan tanah di Jakarta. Konten yang jumah views-nya menembus 9 juta di Instagram dan bahkan belasan juta di TikTok tersebut membuat munculnya komentar bahwa Ragil adalah agen pemerintah.
"Padahal saya hanya menyampaikan fakta saja," jelasnya.
Ke depannya, Ragil ingin fokus mengembangkan komunitas Guru Kreator Konten karena ingin memperluas dampak melalui media sosial.