Nationalgeographic.co.id—Transplantasi memberikan kesempatan untuk membantu dan menyembuhkan dari organ suatu individu ke individu lainnya. Tahun lalu, ilmuwan di AS sempat berhasil mentransplantasi dari satu ke spesies ke spesies lainnya, dalam hal ini jantung babi ke manusia.
Tidak bertahan lama, penerima transplantasi tersebut meninggal dunia dua bulan berikutnya. Keberhasilan yang singkat ini membuat ilmuwan harus belajar lagi dalam upaya transplantasi ke manusia.
Eksprimen transplantasi yang berhasil dilakukan terhadap hewan bisa dipelajari. Seekor monyet ekor panjang ternyata bisa hidup selama lebih dari dua tahun setelah mendapatkan transplantasi ginjal dari babi mini hasil rekayasa genetika. Laporan tersebut merupakan rekor bertahan hidup terlama dalam transplantasi antarspesies.
Hasil laporan itu dipublikasikan di jurnal Nature, 11 Oktober 2023. Makalah tersebut bertajuk "Design and testing of a humanized porcine donor for xenotransplantation". Hasil temuan ini merupakan kemajuan untuk para dokter saat mengalami krisis organ manusia dalam upaya menyelamatkan nyawa.
Dengan laporan kemampuan pada monyet, hal tersebut merupakan "bukti prinsip pada primata non-manusia yang mengatakan bahwa organ kita (yang direkayasa secara genetis) aman dan mendukung kehidupan,” kata Wenning Qin, ahli biologi molekuler eGenesis yang terlibat dalam penelitian tersebut.
Proses transplantasi ginjal babi ke monyet melalui serangkaian penyuntingan genom. Penyuntingan genom diperlukan supaya tubuh menyerang organ baru, dan sekaligus menetralisasi virus yang tersingkap pada organ itu sendiri.
Alat penyuntingan gen tersebut adalah CRISPR. Penyuntingan dilakukan pada gen babi sebelum ditransplantasikan kepada monyet. Cara ini masih serupa dalam transplantasi organ babi yang ditransplantasikan kepada manusia.
Ada 21 monyet dalam penelitian ini, ungkap para peneliti. Para ilmuwan memantau kondisi mereka setelah ginjalnya diambil dan salah satunya ditanamkan ginjal babi hasil rekayasa genetika.
Biasanya, monyet hanya bertahan hidup selama 24 hari, ketika ginjalnya disunting agar menonaktifkan tiga gen yang menyebabkan penolakan kekebalan tubuh.
Ketika para ilmuwan menambahkan tujuh gen manusia, monyet-monyet tersebut bisa bertahan hidup tujuh kali lebih lama, biasanya selama 176 hari. Gen tersebut berfungsi untuk mengurangi pembekuan darah, peradangan, dan reaksi kekebalan lainnya saat organ diberikan.
Eksperimen tidak hanya berhenti di situ. Para ilmuwan juga mengombinasikan transplantasi tersebut dengan pengobatan untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Hasilnya, seekor monyet 758 hari, atau lebih dari dua tahun dengan organ yang ditransplantasikan dari spesies lain.
Selama ini, para peneliti telah mencoba menonaktifkan gen babi yang bertanggung jawab atas pertumbuhan cepat di tumbuh penerima. Pertumbuhan ini kerap membahayakan proses pencangkokan.
Source | : | Nature,The Guardian |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR