Muhammad Mohiuddin, ahli bedah University of Maryland School of Medicine dan penggagas transplantasi jantung babi kepada manusia, memuji hasil studi ini.
Sebenarnya, terang Mohiuddin di Nature, langkah menonaktifkan gen babi yang bertanggung jawab atas pertumbuhan cepat sebenarnya menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan. Dan ternyata, organ babi mini memiliki pertumbuhanlebih lambat sehingga menjadi pemecah permasalahan.
“Masih banyak yang harus dipelajari dari model praklinis primata non-manusia. Namun uji klinis yang dilakukan, yang melibatkan orang-orang yang dikecualikan dari semua harapan pengobatan, akan benar-benar memperluas pemahaman kita tentang prosedur luar biasa ini, dan membantu mewujudkan potensi teknologi ini,” ujar Mohiuddin di The Guardian.
Qin mengakui, walau masa bertahan hidup hingga dua tahun adalah pencapaian yang luar biasa, waktu untuk melaluinya lebih bervariasi dari yang diperkirakan.
Mohiuddin menilai, penelitian yang dilakukan ini mempertimbangkan jika diterapkan pada manusia, sehingga mungkin saja genom babi akan lebih baik dari yang diuji para peneliti.
Tatsuo Kawai, salah satu peneliti studi dari Harvard Medical School juga berpendapat demikian. Dia menjelaskan bahwa organ babi yang dimodifikasi untuk ditransplantasikan kepada manusia lebih baik dibandingkan monyet, karena "keduanya lebih cocok".
Source | : | Nature,The Guardian |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR