Tidak banyak yang diketahui tentang asal-usul dan masa kecil jenderal Athena Thrasybulus. Nama ayahnya adalah Lykos, dan ia berasal dari kotamadya Steiria (sekarang Porto Rafti). Thrasybulus kemungkinan berasal dari keluarga bangsawan.
Awalnya, ia bukan termasuk tokoh paling terkemuka pada masa Yunani Kuno. Meskipun demikian, keterampilan militer dan kemampuan kepemimpinannya akhirnya memberinya tempat penting dalam sejarah Athena.
Plutarch menyebutkan bahwa Thrasybulus memiliki "suara paling keras dari semua orang Athena". Sebagai seorang politikus, ia menganjurkan imperialisme dan ekspansionisme Athena dan merupakan pendukung kuat demokrasi Pericles.
Pada tahun 413 SM, pasukan ekspedisi Athena yang besar dihancurkan di Sisilia. Sehari setelah kekalahan ini, Athena menghadapi krisis yang lebih parah.
Berbagai kota milik Hegemoni Athena di Laut Aegea mulai memberontak. Armada Peloponnesia mulai bergegas membantu mereka.
Dalam upaya untuk membatasi kerusakan, Athena menginvestasikan uang cadangannya untuk membangun kembali armadanya. Athena mengirim semua yang tersisa ke Samos untuk membangun pangkalan angkatan laut di sana.
Rencana Oligarki dan Pemulihan Alcibiades
Dalam masa krisis besar di Athena, kelompok aristokrat yang sudah lama ingin menggulingkan demokrasi mulai terang-terangan menunjukkan rencana mereka untuk mengubah sistem pemerintahan menjadi oligarki.
Salah satu bagian dari rencana mereka adalah memulihkan status Alcibiades, seorang pemimpin yang sebelumnya diasingkan oleh pemerintahan demokratis.
Para oligarki ini memulai aksi mereka dari Pulau Samos, mendorong kelompok pendukung oligarki di sana untuk ikut serta.
Baca Juga: Tragedi Dosa Kesombongan Antigone dan Polynices dalam Mitologi Yunani
Thrasybulus, yang baru diangkat sebagai jenderal, segera mengusulkan agar Alcibiades dipanggil kembali. Setelah meyakinkan para pelautnya tentang pentingnya langkah ini, ia berlayar mencari Alcibiades dan membawanya kembali ke Samos. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari Persia.
Para oligarki percaya bahwa Alcibiades memiliki pengaruh besar terhadap Tissaphernes, seorang gubernur Persia, sehingga memperkuat aliansi mereka dengan Sparta. Thrasybulus dan rekan-rekannya akhirnya memilih Alcibiades sebagai jenderal.
Tak lama setelah itu, terjadi revolusi di Euboea yang menggulingkan pemerintahan oligarki Athena yang dikenal sebagai 'Dewan 400'. Pemerintahan baru awalnya berbentuk oligarki yang lebih moderat, tetapi akhirnya sistem demokrasi dipulihkan sepenuhnya.
Pertempuran Cyzicus dan Perlawanan terhadap Tiga Puluh Tiran
Sebuah kapal dikirim ke Athena untuk memberitahukan kemenangan para pendukung demokrasi melawan oligarki.
Namun, setibanya di sana, awak kapal ditangkap. Berita tentang kemenangan demokrasi tidak diterima baik oleh pemerintah oligarki yang baru. Mengetahui hal ini, pasukan dari Samos memecat para jenderalnya dan memilih pemimpin baru.
Para pemimpin baru ini termasuk Thrasybulus dan Thrasyllus, dianggap lebih tegas dalam membela demokrasi.
Para tentara menyatakan bahwa mereka tidak memberontak melawan kota, tetapi justru kota itulah yang telah memberontak terhadap mereka. Dengan semangat itu, mereka memutuskan untuk mempertahankan demokrasi sambil tetap melanjutkan perang melawan Sparta.
Dalam Pertempuran Cyzicus, Thrasybulus kembali memimpin sebagian armada Athena dalam kemenangan besar.
Dengan strategi ini, armada Athena berhasil memancing armada Sparta untuk mengejar sekelompok kecil kapal yang dipimpin Alcibiades. Ketika armada Sparta menjauh dari pantai, dua kelompok kapal Athena lainnya, yang dipimpin Thrasybulus dan Theramenes, muncul dari belakang, memotong jalur mundur armada Sparta.
Armada Sparta mundur ke pantai terdekat, di mana Alcibiades mendaratkan pasukannya untuk mencoba merebut kapal-kapal musuh. Namun, dengan bantuan pasukan Persia, Sparta berhasil mendorong pasukan Athena kembali ke laut.
Melihat situasi ini, Thrasybulus mendaratkan pasukannya sendiri untuk mengurangi tekanan pada Alcibiades.
Ia memerintahkan Theramenes untuk bergabung dengan pasukan infanteri Athena di wilayah itu guna membantu para pelaut di pantai.
Dengan kedatangan pasukan Athena dari segala arah, pasukan Sparta dan Persia kewalahan, dikalahkan, dan dipukul mundur. Athena berhasil merebut semua kapal Sparta yang tidak sempat dihancurkan.
Pemulihan Demokrasi Athena
Dengan pasukan yang terdiri dari para pengasingan, Thrasybulus melancarkan serangan ke Attica. Melalui serangkaian pertempuran, ia berhasil mengalahkan penjaga Sparta serta pasukan oligarki.
Sebagai pemimpin demokrasi yang baru dipulihkan, Thrasybulus mengusulkan undang-undang yang memberikan pengampunan umum kepada semua orang, kecuali beberapa oligarki tertentu.
Kebijakan ini bertujuan mencegah aksi balas dendam yang dapat memicu kekerasan dari pihak demokrat. Atas jasanya, rakyat Athena menganugerahkan mahkota daun zaitun kepadanya sebagai tanda penghormatan.
Thrasybulus juga mengusulkan pemulihan pembayaran bagi mereka yang memegang jabatan politik, sebagai upaya memperkuat sistem demokrasi Athena. Selain itu, ia berusaha memberikan kewarganegaraan Athena kepada para pemukim dan orang asing yang telah bertempur di sisinya melawan para tiran.
Awalnya, Thrasybulus berhati-hati untuk tidak memprovokasi Sparta. Namun, ketika Athena mulai memperoleh bantuan dari Persia pada awal Perang Korintus, ia mendukung kebijakan yang lebih agresif.
Thrasybulus mengambil kembali peran penting dalam politik Athena. Ia memimpin upaya pembangunan kembali Tembok Panjang yang dihancurkan oleh Sparta setelah Perang Peloponnesia dan memimpin pasukan Athena dalam pertempuran di Nemea dan Coroneia.
Sayangnya, kekalahan Athena dalam dua pertempuran tersebut merusak reputasinya. Conon, yang sebelumnya memenangkan pertempuran di Cnidus dan menghancurkan ambisi maritim Sparta, akhirnya menggantikan posisi Thrasybulus sebagai tokoh utama di Athena.
Kematian Thrasybulus
Thrasybulus meninggal pada 388 SM, meskipun detail pasti mengenai kematiannya tetap tidak jelas. Beberapa sumber kuno menyebutkan bahwa ia meninggal di Helmecus, sebuah kota di Thrace Yunani Kuno, saat menjalani kampanye militer melawan pasukan Boeotia.
Menurut catatan Plutarch, Thrasybulus mengalami luka fatal selama pertempuran. Beberapa sumber juga mengindikasikan bahwa ia meninggal dalam sebuah bentrokan kecil, bukan pertempuran besar.
Walau detailnya masih samar, kematiannya menandai akhir dari salah satu tokoh penting dalam sejarah Athena pada zaman Yunani Kuno.
Namun nama Thrasybulus tetap abadi sebagai seorang pemimpin yang berdedikasi terhadap demokrasi Athena dan kebebasan rakyatnya. Keberaniannya dalam mengembalikan demokrasi dan membangun kembali kekuatan Athena adalah bukti kontribusi besarnya dalam sejarah kota tersebut.