Tantangan dalam membangun kolaborasi
Persaingan sengit untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas, terutama dana, seringkali menghambat terbentuknya kolaborasi yang kuat, baik di dalam maupun di luar lingkungan akademik.
Sistem penghargaan dan pengembangan karier yang ada saat ini juga cenderung lebih mengutamakan pencapaian individu daripada kerja sama tim.
Dalam upaya menjalin kemitraan dengan pihak eksternal, perguruan tinggi seringkali menghadapi tantangan dalam mengomunikasikan dengan jelas kapabilitas dan kemampuannya.
Seperti yang disampaikan oleh Presiden Hugh Brady dari Imperial College, "etalase" perguruan tinggi yang kurang menarik dan struktur organisasi yang terdesentralisasi dapat menyulitkan mitra potensial untuk memahami dan berinteraksi dengan institusi tersebut.
Di tingkat internasional, peluang untuk membangun aliansi yang kuat dan berdampak besar semakin terbatas.
Meningkatnya polarisasi politik dalam menghadapi berbagai tantangan global, pengawasan ketat terhadap sumber pendanaan, serta proteksionisme yang menguat dalam bidang kekayaan intelektual dan teknologi telah menciptakan hambatan yang signifikan.
Selain itu, kurangnya investasi jangka panjang dari pemerintah dalam sektor penelitian, inovasi, dan pendidikan semakin memperparah situasi.
Meskipun demikian, sejumlah pendekatan inovatif telah menunjukkan potensi besar dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
Membina kolaborasi yang baru
Kolaborasi antarperguruan tinggi menjadi kunci untuk mengatasi tantangan global yang mendesak. Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya yang beragam, institusi pendidikan tinggi dapat menciptakan solusi inovatif yang berdampak signifikan.
Baca Juga: Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?