Nationalgeographic.co.id—Pemerintah Indonesia melalui Badan Gizi Nasional (BGN) secara resmi telah memulai program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada tahun 2025 ini. Program makan gratis ini dimulai sejak 6 Januari 2025 melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan dilakukan secara bertahap, menyesuaikan dengan jadwal masuk peserta didik sekolah.
Pemerintah menargetkan pemberian makan gratis untuk 15 hingga 20 juta penerima manfaat tahun ini. Mulai dari peserta didik jenjang PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, balita, ibu hamil, hingga ibu menyusui.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyebut makanan bergizi gratis yang digagas Presiden-Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menyasar 82,9 juta jiwa.
“Jumlah sasaran penerima makan bergizi gratis ini nantinya ada sekitar 82,9 juta jiwa. Untuk itu, kita berkolaborasi dengan semua unsur, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan penanganan stuntingnya, karena kami diberi kewenangan untuk intervensi gizinya,” kata Dadan seperti dikutip dari siaran pers.
Selain di Indonesia, program makan gratis juga sudah diterapkan oleh beberapa negara lainnya. Salah satunya adalah India.
Namun, program makan gratis di India punya catatan kelam. Program makan gratis di sana pernah menyebabkan keracunan massal.
Pada 2013, sebanyak 22 anak sekolah di negara bagian Bihar di India dilaporkan tewas akibat program makan gratis tersebut, menurut laporan The Guardian. Adapun laporan Reuters menyebut jumlah korban yang tewas ada lebih banyak lagi, yakni mencapai 23 anak sekolah.
Program makan gratis di India ini, yang menyediakan makan siang sekolah gratis untuk lebih dari 120 juta anak, akhirnya menuai kritik luas. Skema makan gratis di sekolah ini digambarkan sebagai "badan amal yang dijalankan negara yang bersifat mematikan".
Namun, Rita Raghuvanshi, Dekan di College of Home Science, G.B. Pant University of Agriculture and Technology, mengatakan tetap mendukung program makan gratis ini.
"Perhatian cenderung terfokus pada kisah-kisah masa lalu tentang penyakit, korupsi, dan skandal. Namun, reaksi-reaksi ini mengaburkan skala besar skema tersebut dan kemajuan yang telah dicapainya," tulis Raghuvanshi dalam sebuah artikel di The Conversation.
Baca Juga: Mengapa Negara Perlu Menyediakan Makan Gratis untuk Anak Sekolah?
Program makan gratis di India ini, yang umumnya dikenal sebagai Skema MDM, diluncurkan pada tahun 1995, tetapi berakar di Chennai sejak tahun 1925.
Sebagai skema yang disponsori secara terpusat yang dijalankan oleh Pemerintah India, skema ini menyediakan makanan yang dimasak dan bergizi dengan minimal 300 kalori untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah.
Skema ini sejauh ini merupakan program gizi terbesar di dunia. Menjalankannya dalam skala seperti itu, dengan mempertimbangkan jumlah besar makanan, bahan bakar, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memasok lebih dari satu juta sekolah, merupakan kisah sukses tersendiri.
"Semua anak dalam delapan tahun pertama pendidikan sekolah negeri diberikan makanan gratis. Sumber nutrisi tambahan yang rutin bagi anak-anak ini telah meningkatkan status gizi anak-anak tersebut," jelas Raghuvanshi.
Ada anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi miskin yang bahkan tidak akan menerima makanan sehari jika bukan karena skema ini. Penelitian telah menunjukkan penurunan infeksi kulit dan anemia, dan peningkatan yang nyata dalam indeks massa tubuh sebagai hasilnya.
Selain memerangi kekurangan gizi, program ini telah mendorong kehadiran di sekolah, memastikan bahwa apa yang diberikan kepada anak-anak memiliki efek langsung pada kemampuan belajar mereka, karena mereka dapat berkonsentrasi lebih baik.
Banyak penelitian telah menunjukkan korelasi langsung antara program makan siang dan peningkatan pendaftaran siswa, kehadiran, rentang perhatian, dan nilai ujian.
Makanan juga memberikan kesempatan dalam pendidikan kesehatan. Anak-anak diajarkan tentang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan tentang pentingnya air bersih dan kebersihan yang baik.
Kesetaraan sosial juga dipromosikan karena anak-anak dari berbagai latar belakang sosial semuanya menerima dan berbagi makanan bersama. Oleh karena itu, skema ini dapat membantu menghilangkan hambatan kasta dan kelas di antara anak-anak sekolah.
Hal ini juga relevan dalam hal kesetaraan gender, karena makanan tersebut membantu menghilangkan hambatan yang mencegah anak perempuan bersekolah dengan menyediakan makanan yang sama bagi semua anak.
"Praktik pekerja anak juga dapat diminimalkan jika anak-anak datang ke sekolah secara teratur. Hal ini saja memungkinkan sejumlah besar ketidaksetaraan untuk diatasi," tegas Raghuvanshi.
Baca Juga: Di AS, Program Makan Gratis untuk Anak Sekolah Malah Sempat Buat FBI Murka
Skema makan gratis ini juga memerlukan lapangan kerja yang luas bagi perempuan, yang memungkinkan peningkatan kebebasan ekonomi mereka.
Semua ini bukan berarti skema ini tidak memerlukan perbaikan. "Namun, memberi label skema 'mematikan' karena satu peristiwa akan sangat picik." tegas Raghuvanshi.
Menurutnya, Kita harus menggunakan peristiwa tragis di masa lalu sebagai kesempatan untuk memperbaikinya.
Perbaikan yang bisa dilakukan
Evaluasi yang lebih ketat dan berkelanjutan harus menjadi hal yang wajar. Inspeksi langsung di sekolah harus dilakukan untuk memeriksa kualitas serta kuantitas makanan yang disajikan, dan sampel makanan harus dianalisis untuk memeriksa kandungan gizinya.
Raghuvanshi menggarisbawahi bahwa program pelatihan untuk juru masak juga harus dilaksanakan. Selain itu, para ahli gizi dapat ditunjuk untuk mengawasi operasinya di tingkat distrik.
"Kita semua harus lebih perhatian dan berdedikasi agar insiden lebih lanjut tidak terjadi di masa mendatang, tetapi kejadian menyedihkan ini tidak boleh mengaburkan perbaikan gizi, pendidikan, dan sosial yang telah dicapai oleh skema MDM," simpul Raghuvanshi.
Pelajaran program makan gratis yang pernah menyebabkan keracunan massal dan merenggut korban jiwa tersebut seharusnya juga sudah menjadi catatan pemerintah Indonesia agar kejadian serupa tidak terjadi di negeri ini. Pengawasan yang ketat menjadi kunci agar program makan gratis di Indonesia juga tidak berujung petaka seperti di India.