Menjadi Masalah Besar, Sampah Luar Angkasa Terus Bertambah Jumlahnya

By Sysilia Tanhati, Selasa, 21 Januari 2025 | 18:00 WIB
Ratusan ribu objek buatan manusia berputar-putar di sekitar planet kita. Sampah antariksa ini merupakan masalah besar yang jumlahnya terus bertambah.
Ratusan ribu objek buatan manusia berputar-putar di sekitar planet kita. Sampah antariksa ini merupakan masalah besar yang jumlahnya terus bertambah. (NASA/Wikipedia)

Sampah luar angkasa dapat menabrak objek lain dengan kecepatan lebih dari 22.300 mph. Kecepatan tersebut lebih cepat dari peluru yang melaju kencang.

Tabrakan dengan serpihan-serpihan kecil tersebut sering kali meninggalkan lubang dan penyok di banyak satelit. Selain itu juga teleskop dan objek lain yang mengorbit planet kita.

Pada tahun 2006, misalnya, sepotong kecil sampah luar angkasa bertabrakan dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional. Tabrakan itu menghancurkan sebuah serpihan dari jendela yang diperkuat dengan sangat kuat.

Sejak kapan sampah luar angkasa mulai muncul?

Sampah antariksa telah terkumpul sejak satelit buatan manusia pertama, Sputnik 1, lepas dari tarikan gravitasi Bumi pada 4 Oktober 1957. Peristiwa penting ini menandai dimulainya Era Antariksa saat manusia mulai menjelajah lebih jauh dari dunia asal kita.

Prestasi itu kemudian diulang dalam lebih dari 4.700 peluncuran di seluruh dunia. Namun, itu juga berarti kita telah meninggalkan jejak di antariksa dalam bentuk sampah.

Sampah tersebut mencakup tahap-tahap dari roket yang membuang satelit ke orbit dan satelit itu sendiri setelah mati.

Namun, sampah tersebut juga mencakup potongan-potongan kecil yang hilang ke antariksa. Termasuk serpihan cat yang mengelupas dari bagian luar perangkat, mur dan baut, kantong sampah, tutup lensa, obeng, dan bahkan spatula.

Jumlah sampah ini meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir berkat tabrakan satelit tahun 2009. Dan juga karena penghancuran satelit cuaca Fengyun-1C oleh Tiongkok tahun 2007 selama uji coba rudal anti-satelit.

Pada tanggal 27 Maret 2019, India mengumumkan bahwa mereka juga berhasil menyelesaikan uji coba rudal anti-satelit. Hal ini pun turut menciptakan awan baru berisi sedikitnya 400 keping puing.

Puing-puing tersebut meningkatkan risiko benturan ke ISS sekitar 44 persen selama periode 10 hari. ISS dapat dievakuasi jika dalam bahaya.

Baca Juga: Sampah Luar Angkasa Bisa Merusak Satelit dan Membunuh Astronaut