Namun, ada beberapa hal positif untuk awan sampah antariksa tersebut. Rudal India diperkirakan menargetkan satelit ketinggian rendah, Microsat-R. Hal ini berarti sebagian besar puing ini diperkirakan akan kembali memasuki atmosfer Bumi seiring berjalannya waktu.
Meski begitu, Administrator NASA Jim Bridenstine menyebut pembentukan awan puing itu tidak dapat diterima. Ia juga menambahkan bahwa ketika satu negara melakukannya, maka negara lain merasa harus melakukannya juga.
Angkasa semakin padat dengan wahana antariksa ilmiah dan komersial. Karena itu, semua negara perlu ikut campur untuk mengatasi masalah yang semakin besar ini.
Bagaimana kita tahu apa yang ada di luar angkasa?
Departemen Pertahanan Amerika Serikat memantau puing-puing tersebut dengan Jaringan Pengawasan Luar Angkasa.
Kelompok tersebut bertugas mendeteksi, melacak, dan membuat katalog berbagai benda buatan manusia yang berputar-putar di planet ini. Untuk melakukan tugasnya, mereka menggunakan jaringan teleskop global.
Objek yang berukuran sekitar 10 cm atau lebih besar dikatalogkan dan dilacak secara rutin. Objek berukuran 0,3 cm dapat diidentifikasi oleh radar berbasis darat, yang memungkinkan para ilmuwan memperkirakan populasinya dengan statistik.
Perkiraan untuk material yang lebih kecil lagi berasal dari pemeriksaan lubang pada wahana antariksa yang kembali yang beroperasi di ketinggian rendah.
Bisakah kita berhenti meluncurkan benda ke luar angkasa?
Sebagian sampah akan kehilangan ketinggian seiring waktu dan terbakar di atmosfer Bumi. Tapi ada banyak benda di sana.
Bahkan tanpa peluncuran baru atau ledakan besar, sampah luar angkasa yang sudah berada di orbit rendah Bumi sangat melimpah. Dan kemungkinan akan terus bertambah banyak selama berabad-abad saat potongan-potongan yang mengorbit saling bertabrakan.
Baca Juga: Satelit Mini Pembersih Sampah Luar Angkasa Berhasil Diuji Coba