Oleh Alvin Mafaza dari SMA Negeri 1 Sindang
Nationalgeographic.co.id—Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau dan aliran sungai yang jernih, hiduplah lima sahabat yang memiliki kecintaan besar terhadap alam.
Mereka adalah Arya, Bima, Citra, Dewa, dan Eka. Mereka tumbuh bersama sejak kecil dan sering menghabiskan waktu bermain di tepi sungai yang mengalir di dekat desa mereka. Sungai itu merupakan bagian penting dari kehidupan mereka, sumber air untuk pertanian, tempat bermain, dan bahkan menjadi inspirasi bagi banyak cerita yang mereka buat sendiri.
Namun, seiring berjalannya waktu, mereka melihat sungai yang dulu jernih mulai berubah. Sampah plastik, botol, dan limbah rumah tangga lainnya mulai menumpuk di sepanjang aliran sungai. Perlahan-lahan, warna air berubah menjadi keruh dan bau yang tidak sedap mulai tercium dari kejauhan.
Masyarakat setempat tidak menyadari dampak dari kebiasaan mereka membuang sampah sembarangan. Sungai yang dulu menjadi pusat kehidupan kini perlahan-lahan menjadi tempat pembuangan akhir.
Suatu hari, saat kelima sahabat ini berkumpul di rumah Arya, mereka merasa tidak bisa tinggal diam lagi.
"Ini enggak bisa dibiarkan, kita harus melakukan sesuatu," kata Arya dengan tegas. Matanya menatap tajam ke arah sungai yang kini lebih mirip selokan besar daripada aliran air yang menyegarkan. "Apa yang bisa kita lakukan? Sampahnya terlalu banyak. Kita cuma lima orang," jawab Bima, sedikit pesimis.
"Cuma lima orang? Justru itu yang membuat kita kuat, kita bisa memulai sesuatu yang besar dengan langkah kecil," balas Citra, selalu menjadi yang paling optimis di antara mereka.
Dewa, yang terkenal sebagai yang paling pendiam namun selalu memiliki ide-ide cemerlang, akhirnya angkat bicara. "Bagaimana kalau kita mulai membersihkan sungainya? Mungkin bukan hanya membersihkannya, tapi juga membuat video tentang usaha kita. Siapa tahu, kalau video kita viral, orang-orang lain juga akan ikut membantu."
Eka, yang merupakan ahli teknologi di kelompok mereka, segera setuju. "Aku bisa bantu dengan editing videonya. Kita bisa membuat video yang keren dan mengunggahnya di media sosial. Kalau beruntung, mungkin kita bisa membuat tren baru, tren peduli lingkungan."
Keputusan pun dibuat. Kelima sahabat itu sepakat untuk memulai aksi mereka. Mereka menamakan kelompok mereka "Pandawara," sebuah gabungan dari kata "Pandawa" yang melambangkan lima pahlawan dalam cerita Mahabharata, dan "wara" yang dalam bahasa Sansekerta berarti pemberi kebajikan. Nama ini mewakili tekad mereka untuk menjadi pahlawan lingkungan yang akan membawa kebajikan bagi dunia.
Baca Juga: Menara London, Benteng Bersejarah Tempat Eksekusi Orang-Orang Penting
Hari pertama dimulai dengan semangat yang membara. Mereka membawa karung-karung besar, alat pengait, dan sarung tangan untuk mengumpulkan sampah di sepanjang sungai.
Arya dan Bima turun ke sungai, mengumpulkan sampah yang tersangkut di antara bebatuan, sementara Citra dan Dewa menyusuri tepi sungai, memungut sampah yang terdampar di pinggirannya. Eka merekam semua aksi mereka dengan kamera ponselnya, mengabadikan setiap momen perjuangan mereka.
“Lihat ini, botol plastiknya sudah berkarat, seberapa lama ini sudah ada di sini?” seru Bima sambil mengangkat botol plastik yang hampir hancur dimakan waktu.
“Botol itu mungkin lebih tua dari kita,” jawab Arya sambil tertawa kecil. “Tapi serius, ini bukti bahwa plastik itu nggak akan hilang dengan sendirinya. Kalau bukan kita yang membersihkannya, siapa lagi?”
Setelah seharian bekerja keras, mereka berhasil mengumpulkan berton-ton sampah. Di sore hari, mereka duduk di tepi sungai yang kini sudah terlihat lebih bersih, meskipun masih jauh dari kata sempurna. Eka segera mulai mengedit video mereka, menambahkan musik yang menggugah, dan memberikan narasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Komentar dan dukungan datang dari berbagai penjuru. Orang-orang terinspirasi oleh aksi Pandawara dan mulai mengirimkan pesan-pesan dukungan. Beberapa bahkan menawarkan bantuan untuk ikut membersihkan sungai. Dalam waktu singkat, Pandawara menjadi simbol gerakan peduli lingkungan yang menyebar tidak hanya di kota mereka, tetapi juga di seluruh negeri.
“Lihat ini! Komentar dari Jakarta, dari Surabaya, bahkan ada yang dari luar negeri,” seru Eka sambil menunjukkan layar ponselnya kepada yang lain.
“Kita harus terus melanjutkan ini. Bukan cuma di sungai ini, tapi di mana pun ada sampah, Pandawara akan datang,” kata Citra dengan penuh semangat.
Setiap akhir pekan, mereka kembali ke sungai, membawa lebih banyak sukarelawan yang terinspirasi oleh aksi mereka. Tidak hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak sekolah yang ingin belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Dalam setiap aksinya, mereka selalu memastikan untuk mendokumentasikan kegiatan mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Setiap video membawa pesan yang kuat: bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dan bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Suatu hari, ketika mereka sedang membersihkan bagian sungai yang paling terabaikan, mereka bertemu dengan seorang lelaki tua yang duduk di tepi sungai sambil memandangi air yang keruh. Lelaki itu tampak sedih dan merenung dalam-dalam.
“Pak, kenapa Bapak terlihat sedih?” tanya Arya, mendekati lelaki tersebut.
“Sungai ini... sungai ini dulu sangat bersih. Kami dulu meminum airnya langsung tanpa khawatir. Tapi lihat sekarang, airnya kotor, penuh sampah. Saya merasa bersalah karena tidak bisa menjaga warisan ini,” jawab lelaki tua itu dengan suara bergetar.
“Kami sedang berusaha mengembalikan kejernihan sungai ini, Pak. Bapak tidak sendiri. Banyak yang peduli, dan kami yakin kita bisa membuat perubahan,” kata Dewa, menenangkan.
Lelaki tua itu tersenyum, sedikit harapan mulai muncul di wajahnya. “Kalau begitu, izinkan saya membantu kalian. Saya mungkin tidak bisa banyak, tapi saya ingin ikut berkontribusi.”
Hari itu menjadi sangat berkesan bagi Pandawara. Mereka menyadari bahwa aksi kecil mereka telah menyentuh hati banyak orang, bahkan yang sudah tua dan mungkin telah kehilangan harapan. Ini memberikan mereka semangat baru untuk terus berjuang, tidak hanya demi lingkungan tetapi juga demi masa depan yang lebih baik.
Berkat kerja keras dan dedikasi mereka, sungai yang dulu penuh sampah perlahan-lahan kembali bersih. Airnya mulai jernih, dan kehidupan di sekitar sungai mulai pulih. Ikan-ikan kecil yang dulu hilang mulai terlihat kembali, dan burung-burung yang biasa berkicau di sekitar sungai mulai datang kembali. Pandawara tidak hanya membersihkan sungai, tetapi juga mengembalikan kehidupan di sekitarnya.
Nama Pandawara semakin dikenal luas. Mereka diundang ke berbagai acara untuk berbicara tentang aksi mereka, bahkan beberapa sekolah meminta mereka untuk memberikan workshop tentang menjaga lingkungan. Tidak hanya itu, mereka juga dihubungi oleh pemerintah setempat untuk bekerja sama dalam program kebersihan kota yang lebih luas.
Namun, bagi kelima sahabat ini, pengakuan dan pujian bukanlah tujuan utama. Mereka merasa bahagia setiap kali melihat sungai yang semakin bersih dan mengetahui bahwa aksi mereka telah menginspirasi orang lain untuk ikut menjaga lingkungan.
“Ini baru permulaan. Masih banyak sungai lain yang membutuhkan kita,” kata Bima suatu hari saat mereka berdiskusi tentang rencana ke depan.
“Bukan cuma sungai, tapi lingkungan sekitar kita secara keseluruhan. Apa pun itu, selama kita bisa membantu, kita harus melakukannya,” tambah Arya.
Dengan tekad yang semakin kuat, Pandawara terus bergerak. Mereka sadar bahwa perjuangan ini tidak akan pernah berakhir, tetapi mereka tidak takut. Mereka percaya bahwa dengan kerja sama dan semangat yang tak pernah padam, mereka bisa membuat perubahan yang berarti bagi dunia.
Dalam setiap langkah mereka, Pandawara membawa pesan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bukanlah tugas individu, tetapi tanggung jawab bersama. Dengan bersama-sama, mereka percaya bahwa dunia yang lebih bersih, lebih hijau, dan lebih sehat bisa tercapai. Dan di tengah semua itu, lima sahabat ini terus berjalan di jalan yang mereka pilih, dengan hati yang penuh semangat dan tangan yang selalu siap membantu.
Artikel ini merupakan bagian kerjasama National Geographic Indonesia dan Toyota Indonesia dalam gelaran Toyota Eco Youth 13.