Pusat Edukasi Hiu Paus Resmi Dibuka di Teluk Saleh, Dorong Kesadaran Global

By Ade S, Selasa, 4 Februari 2025 | 16:03 WIB
Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone (tengah) didampingi Senior Vice President and Executive Chair Konservasi Indoesia Meizani Irmadhiany (kiri) menyimak salah satu informasi yang disajikan di dalam Learning Center Hiu Paus di Labuan Jambu, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Senin 3 Februari 2025.
Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone (tengah) didampingi Senior Vice President and Executive Chair Konservasi Indoesia Meizani Irmadhiany (kiri) menyimak salah satu informasi yang disajikan di dalam Learning Center Hiu Paus di Labuan Jambu, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Senin 3 Februari 2025. (Nuniek/Konservasi Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Pusat edukasi hiu paus telah diresmikan di Desa Labuan Jambu, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, Senin (3/2/2024). Pusat literasi tentang spesies yang dikenal sebagai hiu tutul ini dibangun di tengah Taman Pantai Panjang Hiu Paus, Kecamatan Tarano.

Konservasi Indonesia, didukung oleh Kedutaan Besar Prancis dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, membangun pusat edukasi ini untuk memberikan informasi tentang peran ekologis hiu paus.

Meizani Irmadhiany, Senior Vice President dan Executive Chair Konservasi Indonesia, menyatakan, "Dengan adanya learning centre ini, kami berharap dapat meningkatkan pemahaman masyarakat lokal maupun wisatawan mengenai pentingnya hiu paus dalam ekosistem pesisir, laut, dan ekonomi masyarakat. Pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai ancaman yang dihadapi spesies ikan terbesar di dunia ini, dan cara melindungi mereka."

Data dan pengetahuan yang disajikan di pusat edukasi ini akan memperluas wawasan masyarakat dan pengunjung. Informasi mengenai perilaku, habitat, hingga hasil penelitian ilmiah terkini tentang hiu paus dipaparkan di tempat ini.

Meizani menambahkan, "Dengan membaca panduan dan hasil riset terkini tentang hiu paus, kami berharap masyarakat dapat terlibat dalam menguatkan ekowisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kami ingin pengalaman wisatawan berinteraksi dengan hiu paus di Teluk Saleh dapat dilakukan dengan terus menjaga serta mengelola habitat alami mereka."

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, menyatakan bahwa Prancis dan Indonesia, sebagai dua negara maritim terbesar di dunia, memiliki sejarah panjang dalam kerja sama di bidang kelautan dan peran strategis dalam menjaga keberagaman hayati laut serta mengelola sumber daya laut yang berkelanjutan.

Menurut Penone, Prancis berkomitmen untuk memperkuat kemitraannya dengan Indonesia melalui Dialog Maritim Bilateral, yang sesi keduanya diadakan pada Maret 2024, dengan pembahasan pengembangan program kerja sama kelautan dan perikanan yang berfokus pada keberlanjutan serta inovasi.

"Karena Prancis akan menjadi tuan rumah dan memimpin konferensi PBB tentang kelautan yang ketiga di Nice, Juni 2025, program-program ini sejalan dengan komitmen internasional kami untuk turut serta dalam melindungi setidaknya 30% dari lautan global pada tahun 2030. Dukungan Pemerintah Prancis untuk inisiatif konservasi di Indonesia, seperti pembentukan kawasan perlindungan laut berbasis hiu paus di Teluk Saleh, sangat menggambarkan kekuatan kemitraan ini," kata Dubes Fabien.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Barat, Muslim, yang hadir dalam peresmian ini, menilai pembangunan pusat edukasi ini sebagai langkah besar bagi provinsi NTB, khususnya warga Kabupaten Sumbawa, dalam melestarikan kekayaan laut.

Hiu paus di Teluk Saleh, dalam pandangan Muslim, menjadi aset penting dalam mendukung ekowisata berbasis konservasi. Untuk dirinya menilai pusat edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, tentang pentingnya melindungi ekosistem laut.

"Kami sangat mengapresiasi dukungan luar biasa dari Konservasi Indonesia yang berkontribusi dalam penelitian dan pelestarian spesies ini. Begitupun dengan Kedutaan Besar Prancis yang menunjukkan bahwa perlindungan alam tidak hanya menjadi tanggung jawab lokal, tetapi juga menjadi perhatian global," tutur Muslim.

Baca Juga: Sinergi BRIN, IBCI Singapura, dan Konservasi Indonesia Demi Jaga Ekosistem Lamun

Ekspedisi Teluk Saleh ungkap temuan baru

Pada bulan Oktober tahun lalu, para peneliti dari Konservasi Indonesia bersama tim ekspedisi Teluk Saleh melakukan penelitian di perairan Teluk Saleh. Dalam ekspedisi selama delapan hari tersebut, mereka tidak hanya mengkaji kehidupan hiu paus, tetapi juga menemukan spesies baru ikan gobi kerdil. Spesies baru ini ditemukan di area terumbu karang perairan dangkal.

Spesies ikan gobi kerdil yang baru ditemukan ini diberi nama Eviota samota. Nama ini merupakan akronim dari Saleh, Moyo, dan Tambora. Eviota samota memiliki ciri khas pada pola pori kanal sensorik di bagian kepalanya.

Eviota samota. (Dok. Konservasi Indonesia)

Pada bagian kepala Eviota samota, hanya terdapat pori SOT atau pori supraotik berpasangan, dan PITO atau pori interorbital posterior berpasangan. Pola ini sebelumnya hanya ditemukan pada dua spesies lain dalam genus yang sama, yaitu E. pseudaprica dan E. amphipora. Meskipun demikian, Eviota samota berbeda dengan kedua spesies tersebut dalam pola warna tubuh dan jumlah sinar pada sirip punggung serta sirip anal.

"Spesies baru ini hanya ditemukan di dua lokasi di Teluk Saleh. Namun, kemungkinan besar spesies ini juga ada di wilayah lain di Indonesia," kata Iqbal Herwata, Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia.

Iqbal menjelaskan bahwa kedua spesimen Eviota samota diambil dari terumbu karang dangkal dengan kedalaman 3–5 meter. Mereka ditemukan di celah-celah koloni karang hidup yang halus di laguna. Terumbu karang di teluk ini terlindung dari ombak besar, tetapi terkena dampak sedimentasi dari tanah akibat perubahan penggunaan lahan di daerah pesisir sekitarnya.

Penemuan Eviota samota menjadikannya spesies ke-134 yang dideskripsikan dalam genus Eviota. Hal ini sekaligus menambah kekayaan keanekaragaman kelompok ikan gobi di wilayah Indo-Pasifik.

"Teluk Saleh ini unik karena ukurannya kecil namun memiliki keanekaragaman yang tinggi. Dalam survei delapan hari saja, ditemukan 570 spesies, termasuk potensi enam spesies baru seperti Eviota samota yang telah terkonfirmasi," tutur Iqbal.

Iqbal menambahkan bahwa dengan sirkulasi arus yang terbatas, Teluk Saleh memiliki komposisi spesies yang khas, tetapi sangat rentan terhadap ancaman karena isolasinya.