Pasangan basa ini membentuk "anak tangga" dalam struktur heliks ganda DNA, layaknya huruf-huruf pada halaman sebuah buku genetika.
Setelah menyusun genom secara lengkap, tim mulai mencari petunjuk yang menjelaskan umur panjang hiu ini. Salah satu temuan yang mencolok adalah tingginya jumlah "gen lompat" atau transposon dalam DNA mereka.
Sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia, memiliki transposon—gen yang dapat menggandakan diri dan berpindah ke bagian lain dalam urutan genetika.
Transposon dapat menciptakan keragaman genetik, tetapi juga berisiko mengganggu DNA jika berpindah ke lokasi yang salah. Sahm menganalogikannya dengan menyalin dan menempelkan sebuah frasa di tengah kalimat, yang justru dapat membuat kalimat itu menjadi tidak masuk akal.
Namun, pada hiu Greenland, transposon ini tampaknya berperan lebih menguntungkan. Banyak duplikasi genetik mereka yang berkaitan dengan perbaikan DNA.
Artinya, alih-alih menyebabkan gangguan, transposon ini justru berpotensi menciptakan lebih banyak gen yang memperbaiki DNA, yang secara hipotetis dapat memperlambat proses penuaan.
Jika DNA yang rusak tidak diperbaiki, sel-sel tubuh bisa mengalami berbagai masalah, termasuk kanker. Para ilmuwan berhipotesis bahwa semakin baik DNA suatu organisme dipertahankan, semakin panjang pula umurnya.
Bagaimana Temuan Ini Bisa Membantu Kesehatan Manusia di Masa Depan?
Kunci umur panjang hiu Greenland dapat membantu para ilmuwan memahami mekanisme panjang umur pada hewan lain, termasuk manusia. Namun, temuan ini tidak akan membuat kita hidup selama berabad-abad.
Menurut Arne Sahm, manusia dan hiu Greenland memiliki perbedaan biologis yang terlalu besar, sehingga tidak bisa dibandingkan secara langsung.
Meski begitu, genom hiu Greenland menambah kumpulan data genetika hewan yang berumur panjang yang diketahui sains.
Baca Juga: Beragam Alat Pembayaran Unik yang Pernah Digunakan, Ada Kulit Tupai