Apa yang Dimaksud dengan Net Zero Terkait Emisi Karbon? Kenapa Ini Penting?

By Ade S, Minggu, 13 April 2025 | 12:03 WIB
Ilustrasi net zero dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga angin.
Ilustrasi net zero dengan penggunaan pembangkit listrik tenaga angin. (Freepik.com)

Nationalgeographic.co.id—Dunia sedang menghadapi tantangan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu global terus meningkat, cuaca ekstrem semakin sering terjadi, dan ekosistem di seluruh planet berada di bawah tekanan yang luar biasa.

Di tengah krisis ini, muncul istilah "net zero" sebagai solusi yang diharapkan dapat menyelamatkan masa depan bumi. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan net zero?

Apakah ini sekadar tren sesaat atau langkah krusial yang harus diambil umat manusia? Selain itu, mengapa net zero begitu penting? Mengapa negara-negara di seluruh dunia berlomba-lomba menetapkan target net zero?

Untuk pemahaman yang lebih dalam, Anda dapat membaca isi lengkap dari artikel ini.

Memahami Konsep 'Net Zero'

Konsep "net zero", seperti dilansir BBC, mengacu pada sebuah kondisi krusial di mana aktivitas manusia tidak lagi menambah jumlah total gas rumah kaca yang terakumulasi di atmosfer bumi. Untuk mencapai tujuan yang sangat penting ini, langkah fundamental yang harus diambil adalah dengan secara drastis mengurangi emisi gas rumah kaca dari berbagai sumber sejak awal.

Walaupun upaya pengurangan emisi menjadi prioritas utama, realitasnya adalah tidak semua emisi dapat dihilangkan sepenuhnya dalam waktu dekat. Oleh karena itu, emisi yang masih tersisa setelah upaya pengurangan maksimal harus dihilangkan secara aktif melalui berbagai metode penghilangan karbon.

Gas rumah kaca yang menjadi perhatian utama dalam isu perubahan iklim ini meliputi karbon dioksida (CO2) dan metana. Karbon dioksida, sebagai salah satu gas rumah kaca yang paling signifikan, dilepaskan ke atmosfer ketika bahan bakar fosil seperti minyak, gas alam, dan batu bara dibakar untuk memenuhi kebutuhan energi di rumah tangga, menjalankan operasional pabrik, dan menggerakkan berbagai moda transportasi.

Sementara itu, metana, gas rumah kaca lainnya yang juga berkontribusi terhadap pemanasan global, dihasilkan melalui berbagai aktivitas seperti pertanian, pengelolaan tempat pembuangan sampah, serta dari sumber-sumber lainnya yang terkait dengan kegiatan manusia dan proses alamiah.

Keberadaan gas-gas rumah kaca ini di atmosfer menimbulkan efek rumah kaca, di mana mereka memerangkap energi panas tambahan dan menyebabkan suhu global meningkat. Situasi ini diperparah dengan adanya deforestasi yang terjadi secara masif di berbagai belahan dunia, yang mengakibatkan penurunan jumlah pohon yang berperan penting dalam menyerap CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis.

Sebagai respons terhadap ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, pada tahun 2015, sebuah kesepakatan iklim bersejarah yang dikenal sebagai Perjanjian Paris 2015 lahir. Dalam perjanjian ini, hampir 200 negara di seluruh dunia bersepakat untuk bersama-sama berupaya membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C pada tahun 2100 mendatang.

Baca Juga: Salah Kaprah Konsep Net Zero, Buat Penghasil Emisi Merasa Bebas ‘Dosa Karbon’