Nationalgeographic.co.id—Bakteri pereduksi sulfat memainkan peran krusial dalam memecah karbon organik, terutama di zona yang kekurangan oksigen di Bumi, seperti dasar laut.
Keluarga bakteri Desulfobacteraceae sangat menonjol di antara kelompok mikroba ini. Anggota keluarga ini memiliki kemampuan unik untuk mengurai beragam senyawa organik, bahkan yang sulit terurai sekalipun, menjadi karbon dioksida (CO2).
Penelitian mendalam mengenai peran mikroba ini telah dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Oldenburg, Jerman, yang dipimpin oleh Dr. Lars Wöhlbrand dan Prof. Dr. Ralf Rabus. Temuan studi komprehensif mereka telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
Penelitian ini mengungkap bahwa bakteri Desulfobacteraceae tersebar luas di seluruh dunia dan memiliki sistem metabolisme yang kompleks dan modular. Meskipun setiap strain memiliki arsitektur metabolisme pusat yang sama untuk menghasilkan energi, beberapa strain dilengkapi dengan modul molekuler khusus. Modul tambahan ini memungkinkan mereka untuk memanfaatkan berbagai jenis zat organik.
Para peneliti berpendapat bahwa keberhasilan bakteri ini dalam berbagai lingkungan disebabkan oleh sistem modular yang serbaguna ini. Studi ini juga menyediakan alat analisis baru yang dapat membantu pemahaman kita tentang peran bakteri pereduksi sulfat dalam siklus karbon global dan relevansinya terhadap iklim Bumi.
Adaptasi Metabolisme yang Fleksibel
Prof. Dr. Ralf Rabus, seperti dilansir laman phys.org, menjelaskan bahwa bakteri pereduksi sulfat hidup "pada batas termodinamika." Mereka menggunakan sulfat, bukan oksigen, dalam proses respirasi. Akibatnya, energi yang mereka peroleh dari penguraian zat organik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri aerobik.
Meskipun demikian, bakteri ini sangat aktif dan memegang peranan penting dalam penguraian materi organik di dasar laut. Diperkirakan bahwa di perairan pesisir dan wilayah landas kontinen, bakteri pereduksi sulfat bertanggung jawab atas lebih dari setengah proses penguraian materi organik di dasar laut.
Anggota keluarga Desulfobacteraceae seringkali menjadi kelompok bakteri yang dominan di lingkungan tersebut. Aktivitas mereka sangat terlihat di lingkungan seperti dataran lumpur, di mana sedimen hanya beberapa milimeter di bawah permukaan sudah bebas oksigen. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya hidrogen sulfida yang berbau tidak sedap dan endapan besi sulfida berwarna hitam yang khas.
Untuk memahami lebih dalam, tim peneliti menganalisis enam strain Desulfobacteraceae yang berbeda. Beberapa strain adalah spesialis yang hanya mampu mengurai senyawa tertentu, sementara yang lain mampu memanfaatkan spektrum zat yang lebih luas.
Dalam studi metabolisme, mikroba diberi makan 35 jenis zat yang berbeda, mulai dari produk fermentasi sederhana hingga asam lemak rantai panjang dan senyawa aromatik yang sulit diurai.
Baca Juga: BC+: Inisatif Baru yang Mendorong Karbon Biru Menjadi Pilar Ekonomi
Sanggup Daur Ulang Karbon, Bakteri Ini Bisa Jadi Kunci Penyelamat Bumi dari Pesisir
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR