Nationalgeographic.co.id—Salah satu tantangan hidup di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia adalah minimnya ketersedian air bersih siap minum. Sebab, wilayah tersebut didominasi oleh air asin.
Untuk membantu mengatasi tantangan dihadapi warga pesisir dan pulau-pulau kecil itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan PT Mattasi Lompoa Nusantara menjalin kerja sama lisensi untuk paten Peralatan Pengolahan Air Siap Minum - Arsinum Sea Water Reverse Osmosis 5.000 Liter Stasioner untuk Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Wahyu Hidayat, menjelaskan bahwa Arsinum Sea Water Reverse Osmosis 5.000 Liter Stasioner merupakan peralatan pengolahan air siap minum (arsinum) khusus untuk air laut.
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil seperti Sulawesi Selatan umumnya kesulitan dalam mengakses arsinum yang memadai dan kerap kali hanya mengandalkan air hujan.
“Pada saat kondisi kering tidak ada air minum, jadi didatangkan dari luar daerah dan itu harganya sangat mahal. Bahkan bisa sampai Rp36.000-Rp40.000 per galon,” ungkap Wahyu pada awal Februari ini.
Dengan teknologi arsinum ini, ujarnya, masyarakat dapat mengandalkan sumber daya air laut yang tidak terbatas untuk diolah menjadi arsinum. “Inovasi ini sudah diuji dan memenuhi baku mutu yang sesuai untuk air minum yang sehat,” tambah Wahyu, seperti dikutip dari laman BRIN.
Adapun kapasitas 5.000 liter, jelas Wahyu, telah diperhitungkan dari segi ekonomi. “Kalau di bawah 5.000 liter, secara ekonomi tidak visible antara biaya operasional dengan apa yang dihasilkan. Perhitungan kami dengan biaya produksi sangat murah sekitar Rp600, masyarakat bisa menikmati air yang sehat dengan harga jual Rp8.000 per galon,” sebutnya.
Teknologi arsinum ini merupakan pengembangan produk inovasi sebelumnya untuk air tawar dan air payau. Wahyu berharap, penempatan teknologi arsinum dapat sesuai dengan kebutuhan daerah lainnya, baik untuk daerah dengan sumber air tawar, air payau, air gambut, juga air laut.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, R. Hendrian, usai penandatanganan perjanjian lisensi, mengungkapkan kerja sama ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Khususnya di wilayah pesisir dan pulau kecil.
“BRIN menegaskan kehadiran pemerintah dalam memberikan kualitas kehidupan yang baik bagi masyarakat dalam berbagai segi, termasuk di antaranya penyediaan air minum,” tegas Hendrian.
Hendrian menambahkan, periset BRIN bukan sebuah “menara gading” yang sekadar untuk memuaskan keinginan dari masing-masing periset. Tetapi juga dalam rangka menjawab persoalan-persoalan nyata di masyarakat melalui mekanisme kekayaan intelektual dan lisensi.
Baca Juga: Ketika Pemikir Sains Memaknai Perilaku Membuang Sampah pada Keran Air Siap Minum
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR