Hasilnya, terungkap bahwa strain yang berbeda menggunakan strategi molekuler yang sangat mirip untuk mengurai zat-zat tersebut. Keenam strain ini juga menggunakan jalur metabolisme pusat yang sama dan hemat energi.
Implikasi Global dan Pengembangan Alat Analisis
Para peneliti menyimpulkan bahwa Desulfobacteraceae bekerja secara kolaboratif seperti sebuah tim, memungkinkan mereka untuk mengurai berbagai substrat dalam kondisi geokimia dan lokasi geografis yang beragam.
Menurut Rabus, tidak ada satu spesies kunci yang dominan, melainkan bakteri-bakteri ini berfungsi sebagai komunitas kolaboratif. Kerja sama tim inilah yang mungkin menjelaskan mengapa Desulfobacteraceae menjadi kelompok pereduksi sulfat yang paling tersebar luas di dunia.
Selanjutnya, tim peneliti berkolaborasi dengan Prof. Dr. Michael Schloter dari Universitas Teknik Munich untuk menganalisis sampel sedimen dari berbagai wilayah laut, mulai dari perairan dangkal hingga laut dalam, termasuk muara, mata air laut dalam, dan sedimen Laut Hitam.
Mereka menemukan cetak biru genetik untuk modul kunci metabolisme Desulfobacteraceae di hampir semua sampel. Temuan ini menegaskan peran penting Desulfobacteraceae dalam penguraian karbon di tingkat global.
Selain itu, gen-gen yang diidentifikasi dapat digunakan sebagai alat analisis untuk mempelajari aktivitas mikroba langsung di dasar laut. Prof. Dr. Michael Winklhofer dari Universitas Oldenburg menambahkan bahwa peran bakteri pereduksi sulfat dalam siklus karbon mungkin selama ini diremehkan.
Ia juga menekankan bahwa peran mikroba anaerobik dalam degradasi karbon di wilayah pesisir kemungkinan akan semakin meningkat di masa depan seiring dengan penurunan kandungan oksigen lautan sejak sekitar tahun 1960 akibat pemupukan berlebihan dan pemanasan global.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR