Segala jenis proyek berskala besar dan jangka panjang, terutama sesuatu yang berpotensi menguntungkan seperti penambangan helium-3, dapat dipastikan akan memicu perdebatan internasional tentang wilayah bulan.
Selain itu, seperti pada operasi penambangan di Bumi lainnya, mengekstraksi sumber daya dari bulan dapat mengakibatkan konsekuensi besar bagi lanskap bulan.
Namun, saat berbicara dengan New Scientist, setidaknya satu afiliasi Interlune tidak menganggap konsekuensi tersebut layak untuk dipikirkan lebih lanjut.
Clive Neal, konsultan ilmiah yang tidak dibayar untuk perusahaan tersebut, mengatakan, “Tidak ada kehidupan di sana, jadi mengapa kita perlu melestarikan lingkungan?”
Pada saat yang sama, Neal mengakui faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi pendekatan Interlune terhadap penambangan bulan.
Mengingat pentingnya bulan di berbagai budaya di seluruh dunia, mengotori satu-satunya satelit alami Bumi sebelum manusia benar-benar membangun tempat itu mungkin menjadi masalah.
Neal menambahkan, “Bagaimana budaya lain memandang bulan, dan perubahan permukaan bulan, mengharuskan budaya tersebut menjadi bagian dari pembahasan ini.”
Konsekuensi penambangan bulan
Bulan adalah kapsul waktu ilmiah. Karena tidak memiliki atmosfer, tidak ada pelapukan atau erosi pada permukaannya. Permukaannya yang berkawah yang kita lihat mewakili 4,5 miliar tahun sejarah astronomi.
Kita telah kehilangan catatan geologi kuno di Bumi karena erosi dan daur ulang kerak planet yang tak berujung melalui lempeng tektonik. Mungkinkah penambangan menyebabkan Bulan bergerak ke arah yang sama?
Bahkan sebelum kita sampai pada tahap penambangan, tindakan mendirikan pangkalan bulan untuk operasi penambangan akan melibatkan penghancuran sejumlah besar tanah bulan ('regolith') untuk membangun gedung, atau untuk membuat bahan bangunan itu sendiri.
Padahal, setiap batu yang hancur dapat berisi petunjuk geologis yang berharga tentang bagaimana Bulan, dan selanjutnya Bumi, terbentuk.
Namun, bukan hanya pengetahuan ilmiah saja yang bisa hilang. Situs pendaratan awal Era Antariksa di Bulan, seperti situs pendaratan Apollo, kini menjadi situs penting secara budaya.
"Begitu kita memulai perjalanan rutin ke Bulan, kita berisiko menghancurkan situs-situs ini," kata Dr. Alice Gorman, pakar arkeologi antariksa di Universitas Flinders, Australia, mengutip BBC Science Focus.
Sekalipun kita tidak merusak situs tersebut secara langsung, Gorman menunjukkan bahwa debu yang dikeluarkan oleh wahana pendarat dapat mengikis atau menutupi situs tersebut, misalnya menghapus jejak sepatu bot para astronaut yang terkenal.
Baca Juga: Termasuk Diserang Setan, Inilah Beragam Mitos Terkait Gerhana Bulan