Nationalgeographic.co.id—Temuan ilmiah baru telah mengungkapkan sejumlah besar bulan baru yang mengorbit Saturnus, sehingga total bulan planet gas bercincin ini bertambah menjadi 274. Jumlah tersebut jauh melampaui planet lain di Tata Surya kita.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, Saturnus dan Jupiter seolah berlomba dalam perolehan jumlah bulan. Pada 2019, Saturnus sempat unggul dengan penambahan 20 satelit alami, menjadikannya memiliki total 82 bulan.
Namun, pada 2023, Jupiter kembali memimpin dengan 92 bulan sebelum akhirnya disusul oleh Saturnus yang mencapai 146 bulan, meninggalkan Jupiter di posisi kedua dengan 95 bulan.
Kini, Saturnus semakin jauh meninggalkan pesaingnya. Para astronom baru saja mengumumkan penemuan 128 bulan tambahan, sehingga total bulan yang mengorbit planet bercincin ini mencapai angka luar biasa, yakni 274 bulan.
"Ini adalah peningkatan yang mencengangkan dalam jumlah bulan yang diketahui mengorbit Saturnus, angka yang sulit untuk terus diikuti," kata James O’Donoghue, astronom planet dari University of Reading, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. "Jupiter kini benar-benar tertinggal jauh."
Namun, yang membuat penemuan ini semakin menarik bukan hanya rekor jumlah bulan Saturnus. Pasalnya, 128 satelit baru ini bukanlah bulan biasa yang berbentuk bulat dengan orbit sejajar dengan ekuator planet.
Sebaliknya, objek-objek kecil ini, yang berdiameter hanya beberapa kilometer, dikategorikan sebagai "bulan tak beraturan" karena lintasannya yang tidak biasa.
"Mereka berada dalam orbit yang liar," ujar Samantha Lawler, astronom dari University of Regina, Kanada, yang juga tidak terlibat langsung dalam penelitian ini. Bulan-bulan tak beraturan ini mengelilingi Saturnus pada sudut yang curam, bahkan sering kali berlawanan arah dengan rotasi planet itu sendiri.
Fenomena ini mengungkap sejarah kekacauan di sistem Saturnus. Beberapa miliar tahun lalu, objek besar berbatu dan es tertarik oleh gravitasi Saturnus dan berubah menjadi bulan.
Seiring waktu, beberapa di antaranya bertabrakan, menciptakan serangkaian benturan yang menghasilkan ratusan bulan kecil—pecahan dari bulan-bulan yang hancur—dan proses ini masih berlangsung hingga sekitar 100 juta tahun lalu.
Penemuan 128 bulan baru ini bukan sekadar menambah daftar panjang satelit Saturnus. Lebih dari itu, temuan ini memberikan wawasan baru mengenai sejarah dinamis sistem Saturnus, di mana tidak ada yang permanen—baik bulan-bulannya maupun cincinnya yang megah—semuanya hanyalah dekorasi sementara dalam lanskap kosmik yang terus berubah.
Baca Juga: Temuan Ilmiah: Apa yang Ada di dalam Inti Bulan Akhirnya Terkuak
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR