Tahun 1975
Leopold III, yang saat itu menjadi raja Belgia yang diasingkan, menjelajahi Kepulauan Andaman pada tahun 1975 bersama para pejabat setempat, yang membawanya ke dekat Sentinel Utara.
Pandit menceritakan tentang pengalaman sang raja, "Begitu kapalnya terlalu dekat, mereka (orang-orang Sentinel) menembakkan anak panah ke arahnya. Raja sangat gembira dan mengatakan itu adalah hari terbaik dalam hidupnya!"
Tahun 1981
Salah satu peristiwa paling menonjol antara pihak luar dan Sentinel Utara terjadi pada tahun 1981 ketika kapal kargo Primrose menabrak terumbu karang di dekatnya, yang mengakibatkan 28 pelaut terdampar selama hampir dua minggu.
Para pelaut kemudian diselamatkan dengan helikopter, dan orang-orang Sentinel mencari bangkai kapal. Ekspedisi selanjutnya ke pulau itu menemukan orang-orang Sentinel menggunakan peralatan logam, yang mungkin dibuat dari sisa-sisa kapal. Bangkai kapal tersebut dapat dilihat di Google Maps hingga kini.
Tahun 1991
Sebuah perusahaan pemecah kapal lokal diizinkan untuk mengambil sebagian sisa-sisa Primrose pada tahun 1991.
Lima bersaudara yang bekerja sebagai pembongkar kapal pergi ke pulau itu dengan pengawalan polisi setiap beberapa bulan hingga tahun 1997 dan terkadang bertemu dengan Suku Sentinel. Salah satu bersaudara menemukan busur Suku Sentinel yang mengapung di air dan membawanya pulang.
Tahun 1991
Dua pertemuan di awal tahun 1990-an menyatakan bahwa suku Sentinel bersedia menerima kelapa dari para antropolog yang tergabung dalam Anthropological Survey of India (AnSI).
Di antara tim antropolog itu, hanya ada satu perempuan, yaitu Madhumala Chattopadhyay. Pada Januari 1991, Chattopadhyay mendapat kesempatan pertamanya untuk bergabung dengan tim yang akan mengunjungi Pulau Sentinel Utara.