Sindrom Hubris, Kala Pemimpin Merasa Punya Kendali Atas Segala Hal, Apa Saja Tandanya?

By Ade S, Selasa, 15 April 2025 | 15:03 WIB
Ilustrasi politisi yang arogan. (August de Richelieu/pexels.com)

Selain itu, indikasi lain yang mungkin muncul adalah penggunaan "kami" yang megah atau merujuk diri sendiri dengan kata ganti orang ketiga.

Mencegah Dampak Negatif Hubris Melalui Kesadaran dan Kewaspadaan

Selten berpendapat bahwa memasukkan hubris sebagai sindrom dapat membantu profesional kesehatan mental dalam mencegah kerusakan yang disebabkan oleh para pemimpin yang tidak terkendali, yang ia sebut sebagai "bahaya bagi umat manusia."

Meskipun kerabat kita mungkin tidak termasuk dalam kategori tersebut, mereka tetap berpotensi memberikan dampak negatif pada kehidupan orang-orang di sekitarnya, seperti karyawan mereka.

Dengan memahami konsep hubris, kita dapat lebih cermat mengamati tindakan dan perkataan orang-orang di sekitar kita, baik yang kita kenal secara pribadi maupun yang kita amati dari jauh.

Bagi individu yang telah mencapai kesuksesan, sekecil apa pun lingkupnya, penting untuk menjaga batasan internal diri.

Jika kita melihat teman atau kerabat menunjukkan tanda-tanda hubris, mencoba memberikan sedikit sentuhan realitas dapat membantu mengoreksi arah sebelum terlambat.

Kesadaran akan potensi bahaya hubris dapat menjadi langkah awal dalam mencegah dampaknya yang merugikan.

--

Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!