Nationalgeographic.co.id—Libur Idulfitri telah usai, dan kini banyak orang kembali ke rutinitas harian. Namun, sebagian mungkin merasakan suasana hati yang murung, kehilangan semangat, atau sulit berkonsentrasi.
Kondisi tersebut dikenal sebagai post-vacation blues atau sindrom pascaliburan, yakni sebuah sindrom psikologis yang kerap muncul setelah masa liburan berakhir.
Meski bukan gangguan serius, post-vacation blues bisa mengganggu produktivitas dan kenyamanan saat beraktivitas. Mengenali gejalanya dan memahami cara mengatasinya bisa membantu proses transisi kembali ke kehidupan sehari-hari dengan lebih mulus.
Lantas mengapa seseorang dapat mengalami post-vacation blues? Dan bagaimana cara mencegah dan mengatasinya?
Mengapa Kita Mengalami Post-Vacation Blues?
Penyebab post-vacation blues adalah rutinitas sehari-hari seseorang yang cenderung memberi banyak stressor atau pemicu stres, sedangkan liburan memberi banyak memori yang menyenangkan.
Alhasil, mereka merasa sedih, menyesal, marah, atau kecewa, dan bahkan takut menghadapi kembali rutinitas hariannya.
Ketika bekerja, seseorang yang mengalami post-vacation blues bisa kesulitan untuk fokus karena pikirannya masih sibuk bernostalgia dengan kenangan saat liburan.
Namun sebenarnya, secara umum, liburan memang sangat baik untuk kesehatan mental.
“Memberi waktu untuk menjelajahi dunia di sekitar kita bisa membangkitkan rasa takjub dan, yang terpenting, membantu kita untuk lebih hadir dalam momen sekarang,” ujar Melody Ott, seorang pekerja sosial klinis berlisensi (LCSW).
“Liburan tidak harus mahal atau panjang—yang penting, tubuh dan pikiran kita butuh jeda untuk melambat dan kembali ke dalam diri.”
Baca Juga: Idulfitri dan Kesehatan Mental: Ketika Kumpul Keluarga Malah Memicu Stres, Apa yang Salah?
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR