Ilustrasi libur Idulfitri. Setelah liburan Idulfitri, beberapa orang mungkin dapat mengalami sindrom post-vacation blues.
Sebuah studi jangka panjang menunjukkan bahwa kebijakan cuti berbayar selama 10 hari dapat menurunkan risiko depresi pada perempuan hingga 29 persen.
Penelitian lain juga menemukan bahwa liburan mampu menurunkan tingkat stres dan meningkatkan rasa bahagia.
Namun, ada satu temuan yang cukup mengejutkan: kebahagiaan selama liburan umumnya tidak bertahan lama. Begitu liburan usai, sebagian besar orang kembali ke tingkat kebahagiaan normal hanya dalam beberapa hari.
Lalu, apakah liburan jadi sia-sia karena efeknya hanya sementara? Para peneliti mengatakan tidak. Dalam satu ulasan, mereka menyamakan pertanyaan itu seperti bertanya, “Mengapa kita perlu tidur, padahal nanti kita akan lelah lagi?”
Cara Mencegah Post-Vacation Blues
Jika Anda sudah bisa menebak bahwa kembalinya rutinitas akan terasa berat, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum berangkat liburan:
Rapikan rumah sebelum pergi. Tidak ada yang lebih menurunkan semangat selain kembali ke rumah yang berantakan. Cobalah mengganti seprai, menyiapkan handuk bersih, atau menaruh buku favorit di meja tidur agar suasana pulang lebih menyenangkan.
Sisihkan hari transisi. Jika memungkinkan, jangan langsung kembali bekerja setelah pulang. Sediakan satu atau dua hari untuk beradaptasi, membereskan cucian, berbelanja bahan makanan, atau menyesuaikan jam tidur.
Rencanakan acara menyenangkan berikutnya. Jadwalkan sesuatu yang dinantikan setelah liburan, seperti makan siang bersama teman, nonton film, atau sekadar piknik kecil. Ini bisa memberi rasa harapan bahwa kesenangan belum benar-benar berakhir.
Bawa jurnal perjalanan. Tuliskan pengalaman, refleksi, dan momen-momen berkesan selama liburan. Ini bisa menjadi pengingat yang memperkaya pengalaman dan dapat dibaca kembali saat butuh semangat.
Luangkan waktu untuk benar-benar istirahat.Studi menunjukkan bahwa liburan yang santai membuat kebahagiaan bertahan lebih lama daripada liburan yang terlalu padat aktivitas.
Sudah terlanjur merasa murung setelah pulang? Tenang, Anda tidak sendiri. Berikut strategi yang bisa dicoba:
Hubungi orang-orang terdekat. Jika merasa kehilangan makna, cobalah makan bersama keluarga atau ngobrol dengan teman. Koneksi sosial yang kuat bisa membantu kita kembali membumi.
Detoks ringan. Liburan sering diisi dengan makanan berat atau kurang tidur. Minum air putih yang cukup, makan makanan sehat, dan atur pola tidur bisa memperbaiki kondisi fisik dan mental.
Abadikan dan bagikan kenangan. Cetak foto, unggah momen di media sosial, atau buat scrapbook. Bisa juga menulis ulasan perjalanan untuk membantu wisatawan lain.
Kembali ke alam. Jalan kaki santai di taman atau melihat hijau-hijauan bisa membantu menurunkan stres dan meningkatkan suasana hati.
Bawa alam ke dalam rumah. Taruh tanaman hias, buka jendela untuk menikmati udara segar, atau gunakan minyak esensial seperti lavender untuk efek menenangkan.
Rapikan ruangan. Ruangan yang bersih dan rapi bisa meningkatkan semangat. Mulailah dari sudut kecil, seperti meja kerja atau dapur.
Terapkan kebiasaan baru. Mungkin selama liburan Anda tertarik pada budaya atau gaya hidup tertentu. Coba adopsi dengan hormat, misalnya memasak masakan baru atau memulai hobi yang terinspirasi dari perjalanan.
Jelajahi kota sendiri. Kunjungi tempat-tempat lokal seolah Anda wisatawan di kota sendiri. Lihat museum, cicipi restoran baru, atau eksplorasi area yang belum pernah Anda datangi.
Wujudkan ide yang muncul selama liburan. Jika Anda sempat merenung dan memikirkan arah hidup, sekarang saatnya mengambil langkah kecil untuk mewujudkannya.
Latih rasa syukur dan mindfulness. Liburan bisa menjadi pengingat untuk mensyukuri hidup. Lanjutkan kebiasaan ini dengan rutin menuliskan hal-hal yang Anda syukuri atau melatih kesadaran dalam aktivitas sehari-hari.
Dengan pendekatan yang tepat, sindrom pascaliburan bukanlah akhir dari kegembiraan, namun justru bisa menjadi pintu masuk untuk hidup yang lebih bermakna.
KOMENTAR