Konklaf, Proses Pemilihan Paus Gereja Katolik yang Telah Teruji Waktu

By Sysilia Tanhati, Selasa, 22 April 2025 | 18:00 WIB
Para kardinal akan segera berkumpul di bawah langit-langit Kapel Sistina karya Michelangelo untuk memilih pengganti Fransiskus.
Para kardinal akan segera berkumpul di bawah langit-langit Kapel Sistina karya Michelangelo untuk memilih pengganti Fransiskus. (blues_brother/Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025, sehari setelah Hari Raya Paskah. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia, terutama Gereja Katolik.

Setelah Paus Fransiskus meninggal, penggantinya pun akan dipilih. Pemilihan seorang paus dilakukan melalui proses rumit yang telah teruji waktu.   

Paus berikutnya akan dipilih oleh Dewan Kardinal, tokoh paling senior gereja Katolik yang ditunjuk oleh Paus. Para kardinal dari penjuru dunia akan berangkat ke Vatikan dalam beberapa hari ke depan untuk konklaf.

Nama tersebut berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti “dengan kunci”. “Nama itu menunjukkan proses tertutup untuk memilih seorang paus,” tulis Harriet Sherwood di laman The Guardian.

Ada lebih dari 250 kardinal dari lebih dari 90 negara, tetapi hanya sekitar 135 yang merupakan kardinal elektor, dilansir dari laman Reuters. Kardinal yang berusia di atas 80 tahun tidak termasuk.

Sekitar 110 kardinal elektor telah dipilih oleh Fransiskus dalam 10 tahun terakhir. Sebagian besar kardinal yang terpilih mencerminkan visinya tentang gereja yang lebih inklusif.

Indonesia memiliki tiga kardinal yang dipilih oleh paus. Kardinal Justinus Darmojuwono merupakan kardinal pertama Gereja Katolik Roma yang berasal dari Indonesia (meninggal pada tahun 1994).

Lalu Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja (90 tahun) serta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo (74 tahun). Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoadmodjo memiliki kesempatan untuk memilih dan dipilih menjadi paus berikutnya karena berusia di bawah 80 tahun.

Para kardinal berkumpul di Vatikan, biasanya 15-20 hari setelah kematian paus. Mereka berkumpul di bawah langit-langit yang dicat dengan indah karya Michelangelo di Kapel Sistina untuk memulai musyawarah mereka. Kata-kata extra omnes – semua orang keluar – dideklarasikan, pintu-pintu pun dikunci.

Di Kapel Sistina, para kardinal berkumpul dan bermusyawarah untuk memilih paus yang baru.
Di Kapel Sistina, para kardinal berkumpul dan bermusyawarah untuk memilih paus yang baru. (Wikipedia)

Para kardinal bersumpah untuk menjaga kerahasiaan mutlak. Mereka tidak diizinkan untuk melakukan kontak dengan dunia luar selama proses pemilihan berlangsung.

Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat: Mengapa Paus Dimakamkan dalam Tiga Peti?

Ponsel disingkirkan, tidak ada surat kabar, televisi, surat atau pesan yang diizinkan. Kapel juga dibersihkan dari alat penyadap sebelum dan selama konklaf.

Para kardinal tidur dan makan di sebuah asrama yang dibangun khusus, Casa Santa Martha, dekat Kapel Sistina. Casa Santa Martha juga menjadi tempat Paus Fransiskus tinggal selama 12 tahun terakhir ia memimpin.

Konklaf dimulai dengan perayaan misa, setelah itu musyawarah dan pemungutan suara dimulai. “Pemungutan suara dilakukan setiap hari, pagi dan sore, hingga seorang kandidat memenangkan mayoritas dua pertiga,” ungkap Sherwood.

Para kardinal tidur dan makan di sebuah asrama yang dibangun khusus, Casa Santa Martha, dekat Kapel Sistina. Casa Santa Martha juga menjadi tempat Paus Fransiskus tinggal selama 12 tahun terakhir ia memimpin. (Johannes Müller/Wikipedia)

Ada waktu istirahat satu hari untuk berdoa dan merenung setelah setiap tujuh pemungutan suara. Sidang kepausan terlama dalam sejarah terkini adalah tahun 1922. Saat itu para kardinal membutuhkan waktu lima hari untuk memilih pemimpin baru mereka.

Setiap pemilih diberikan kartu suara dengan kata-kata eligo in summum pontificem (Saya memilih sebagai paus tertinggi) yang tercetak di bagian atas. Mereka memasukkan nama pilihan, melipat kartu tersebut, dan menjatuhkannya ke dalam piala. Pemungutan suara bersifat rahasia.

Asap hitam atau putih menandakan keputusan

Setelah setiap putaran pemungutan suara, kartu suara dibakar. Bahan kimia ditambahkan untuk membuat asap menjadi hitam atau putih.

Asap hitam yang keluar dari cerobong setinggi 18 meter menunjukkan pemungutan suara yang tidak meyakinkan. Sedangkan asap putih mengumumkan kepada dunia bahwa seorang paus baru telah terpilih.

Saat ini, para kardinal pemilih menerima salinan beberapa kartu suara, surat suara pemeriksaan, dan salinan Ordo Rituum Conclavis (Tata Ritus Konklaf). Yang ditunjukkan di atas adalah surat suara Kardinal Roger Mahony yang digunakan dalam konklaf tahun 2013. (Wikipedia)

Kandidat yang terpilih akan ditanya apakah ia menerima pemilihan dan, jika ya, nama mana yang akan dipilihnya sebagai paus. Para kardinal berjanji untuk taat kepada paus baru, yang akan dibawa ke Ruang Air Mata (Room of Tears) yang berdekatan dengan Kapel Sistina.

Di ruangan itu, paus terpilih mengenakan jubah putih dan topi, serta sepatu merah. Tiga set jubah dengan ukuran berbeda akan dibuat oleh penjahit Vatikan.

Asap putih mengumumkan kepada dunia bahwa seorang paus baru telah terpilih. (Wikipedia)

Dekan kardinal melangkah ke balkon utama Basilika Santo Petrus. Di lapangan akan berkumpul ribuan umat Katolik dan wisatawan.

Dekan Kardinal akan menyatakan: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam” – “Saya umumkan kepada Anda dengan penuh sukacita: Kita memiliki seorang paus.”

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News  https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan pengetahuan yang mendalam.