Picu Kontroversi Selama Tiga Dekade, Siapa Sebenarnya Raja Dinosaurus Muda Ini?

By Ade S, Sabtu, 26 April 2025 | 10:03 WIB
Fosil yang diperkirakan milik Tyrannosaurus rex muda menunjukkan bahwa raksasa penghancur tulang tersebut merupakan predator yang licin, cepat berlari, dan memiliki gigi setajam pisau di masa remajanya.
Fosil yang diperkirakan milik Tyrannosaurus rex muda menunjukkan bahwa raksasa penghancur tulang tersebut merupakan predator yang licin, cepat berlari, dan memiliki gigi setajam pisau di masa remajanya. (Illustration by Julius T. Csotonyi)

Nationalgeographic.co.id—Tyrannosaurus rex! Nama itu sendiri membangkitkan gambaran predator purba yang tak terbantahkan, sang raja dinosaurus yang sesungguhnya.

Dengan panjang mencapai lebih dari 12 meter, beratnya melebihi sembilan ton, dan kekuatan gigitan dahsyat yang tercatat lebih dari 5.400 kilogram, tidak mengherankan jika karnivora ikonik ini telah memukau kita sejak tulang-belulangnya pertama kali dipamerkan lebih dari satu abad silam.

Namun, kisah T. rex jauh lebih kompleks dan menarik daripada sekadar kerangka dewasa yang mengagumkan. Rahasia pertumbuhannya yang dramatis ternyata memegang kunci untuk memecahkan teka-teki paleontologi yang telah memicu kontroversi selama tiga dekade terakhir.

Asal Usul Kontroversi Nanotyrannus

Misteri ini berakar dari penemuan di timur Montana, yang terbentang selama enam dekade. Pada tahun 1942, seperti dilansir laman Smithsonian Magazine, sebuah tengkorak tyrannosaurus berukuran kecil berhasil ditemukan.

Fosil yang menarik ini kemudian disimpan di koleksi Cleveland Museum of Natural History selama empat dekade, seolah menunggu momennya. Momen itu tiba pada tahun 1988 ketika paleontolog Robert Bakker dan timnya membuat pengumuman yang mengejutkan dunia ilmiah.

Berdasarkan tengkorak Cleveland—sebagaimana fosil itu dijuluki—mereka mengusulkan adanya genus tyrannosaurus baru yang bertubuh jauh lebih kecil.

Dinosaurus ini, yang mereka namai Nanotyrannus (secara harfiah berarti "tiran kerdil"), diyakini hidup berdampingan di habitat yang sama dengan T. rex yang lebih besar dan kokoh. Ukurannya yang mungil membuatnya dijuluki "teror kecil," kontras dengan "raja tiran" yang perkasa.

Namun, hipotesis tentang keberadaan Nanotyrannus sebagai spesies terpisah segera menuai perdebatan sengit di kalangan paleontolog. Salah satu skeptis terkemuka adalah Thomas Carr dari Carthage College.

Pada tahun 1999, Carr mengajukan argumen tandingan yang berani: bahwa tengkorak Cleveland itu sebenarnya hanyalah individu Tyrannosaurus rex pada usia remaja.

Pandangan ini tidak hanya menolak gagasan Nanotyrannus sebagai genus yang berbeda, tetapi juga membuka jendela baru untuk memahami bagaimana rupa "raja tiran" ini saat masih muda, kurus, dan barangkali sedikit canggung.

Baca Juga: 3 Dekade Kita 'Dikelabui' Jurassic Park, Ternyata Seperti Ini Suara Asli Dinosaurus

Menurut Carr, perbedaan yang diamati antara spesimen yang dilabeli Nanotyrannus dan Tyrannosaurus dewasa bukanlah tanda perbedaan spesies, melainkan bukti bagaimana dinosaurus ini berubah secara drastis seiring bertambahnya usia, melalui proses pertumbuhan yang dikenal sebagai ontogeni.

Perdebatan mengenai identitas sejati Nanotyrannus terus berkobar. Bakker dan para pendukung hipotesis Nanotyrannus tetap bersikeras bahwa perbedaan dalam ukuran tubuh, jumlah gigi, dan fitur-fitur tengkorak lainnya cukup signifikan untuk menandai tengkorak Cleveland dan fosil serupa sebagai milik dinosaurus yang sepenuhnya berbeda dari T. rex dewasa. Dunia paleontologi terbagi, menantikan bukti konklusif.

Jane, Bukti yang Mengubah Pandangan

Titik terang dalam kontroversi tiga dekade ini muncul berkat penemuan luar biasa lainnya di Montana timur pada tahun 2001: spesimen T. rex remaja yang kini dianggap definitif dan dinamai Jane oleh Burpee Museum of Natural History di Illinois.

Fosil yang terawetkan dengan baik ini memberikan kesempatan langka untuk mempelajari anatomi Tyrannosaurus pada tahap kehidupannya yang lebih awal.

Baru-baru ini, pada pertemuan tahunan Society of Vertebrate Paleontology di Dallas, Texas, Thomas Carr dan rekan-rekan penulisnya mempresentasikan hasil analisis komprehensif mereka terhadap spesimen Jane.

Temuan baru ini memberikan dukungan kuat yang sebelumnya kurang meyakinkan terhadap gagasan bahwa fosil-fosil yang selama ini dideskripsikan sebagai Nanotyrannus sebenarnya adalah sisa-sisa langka dari Tyrannosaurus muda.

Jane, yang diperkirakan berusia sekitar 11 tahun saat kematiannya, sedikit lebih tua dan lebih berkembang dibandingkan individu yang diwakili oleh tengkorak Cleveland yang lebih kecil.

Namun, pentingnya adalah bahwa tengkoraknya belum sepenuhnya mengembangkan profil tengkorak yang dalam dan lebar, ciri khas yang langsung kita asosiasikan dengan T. rex dewasa yang perkasa.

Analisis Carr menunjukkan bahwa Jane berada tepat di ambang mengalami "lonjakan pertumbuhan besar," sebuah fase kritis di mana dinosaurus itu akan bertransformasi secara dramatis dari remaja yang relatif ramping menjadi monster dewasa dengan gigitan yang mampu menghancurkan tulang mangsanya.

Menurut Carr, kondisi Jane ini menempatkannya pada "tahap transisi" yang krusial antara bentuk T. rex yang lebih muda, seperti yang terlihat pada tengkorak Cleveland, dan bentuk dewasa klasik yang sangat kita kenal. Keberadaan Jane mengisi celah penting dalam pemahaman kita tentang lintasan pertumbuhan T. rex.

Baca Juga: Mungkinkah Embrio Dinosaurus Berusia 70 Juta Tahun Akhirnya akan Lahir?

Meskipun para pembela hipotesis Nanotyrannus mengklaim adanya fosil-fosil lain yang mendukung pandangan mereka, banyak dari spesimen yang diduga ini belum ditempatkan di museum yang terakreditasi atau institusi publik lainnya—sebuah persyaratan standar yang ketat dalam komunitas paleontologi untuk memungkinkan akses dan studi yang objektif.

Pemilik fosil Nanotyrannus yang diklaim telah ditemukan di Montana bahkan pernah mencoba, meskipun gagal, menjual spesimen tersebut melalui lelang publik. Tindakan semacam ini berpotensi menyembunyikan tulang-belulang berharga tersebut dalam koleksi pribadi, merampas kesempatan para ilmuwan untuk mempelajarinya dan menguji hipotesis tentangnya.

Lebih dari selusin fosil T. rex lainnya sudah diketahui dimiliki secara pribadi, sebuah situasi yang menciptakan hambatan signifikan bagi upaya kolektif untuk mempelajari lebih lanjut tentang dinosaurus yang luar biasa ini.

Carr menekankan bahwa kesimpulan yang didapat dari analisis Jane bukanlah hasil yang berdiri sendiri. "Tidak ada spesimen yang berdiri sendiri," katanya.

Pelajaran berharga yang diperoleh dari studi Jane hanya dapat sepenuhnya dipahami dengan adanya sampel-sampel lain dari hewan yang lebih muda dan lebih tua, yang membantu menempatkan fosil tersebut dalam konteks urutan pertumbuhan yang lebih luas.

Meski demikian, masih ada celah dalam urutan pertumbuhan T. rex yang belum sepenuhnya terisi. Di puncak daftar harapan fosil bagi Carr adalah spesimen T. rex yang dapat menunjukkan dengan tepat kapan tengkorak mulai bertransisi dari profil yang lebih panjang dan sempit seperti Jane menjadi rahang yang dalam dan masif seperti pada bentuk dewasa.

Mudah-mudahan, penemuan di masa depan akan ditempatkan di museum publik, dapat diakses oleh para ilmuwan, dan memberikan lebih banyak konteks yang menjelaskan secara rinci bagaimana Tyrannosaurus rex yang hebat itu tumbuh dan berubah dari remaja yang mungkin tampak canggung menjadi predator puncak yang paling mengesankan yang pernah berkeliaran di Bumi.

Baca Juga: Lima Dinosaurus Paling Aneh yang Pernah Ada, Ilmuwan Sekalipun Sampai Mengernyitkan Dahi

 ---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.