Karbon Biru: Bukan Asia Apalagi Eropa, Pemimpin Ekonomi Biru Datang dari Wilayah Ini

By Ade S, Jumat, 9 Mei 2025 | 06:03 WIB
Ilustrasi lautan.
Ilustrasi lautan. (Francesco Ungaro/pexels.com)

Nationalgeographic.co.id—Kawasan Amerika Latin dan Karibia (LAK) adalah permata biru di planet kita, menyimpan 19% ekoregion laut global dan menjadi rumah bagi 25% keanekaragaman hayati laut dunia.

Wilayah maritim yang luas ini, membentang melintasi Laut Karibia, Samudra Atlantik, Antartika, hingga Pasifik, tidak hanya memegang peran krusial dalam mengatur iklim global, tetapi juga merupakan salah satu reservoir keanekaragaman hayati laut paling melimpah di Bumi. Kekayaan alam ini menjadi fondasi vital bagi lingkungan dan ekonomi kawasan.

Ekosistem pesisir dan laut LAK, seperti dipaparkan oleh Larisse Faroni-Perez di laman renewablematter.eu, menawarkan kontribusi ekologis dan ekonomi yang tak ternilai. Hutan bakau yang subur di Brasil dan Karibia, misalnya, berfungsi sebagai pusat kehidupan pesisir dan penyimpan karbon yang luar biasa.

Pohon dan tanahnya menyimpan miliaran ton karbon, sering disebut sebagai karbon biru, dengan kapasitas penyimpanan hingga empat kali lebih banyak per hektar dibandingkan hutan tropis daratan. Bakau juga bertindak sebagai benteng alami, melindungi komunitas pesisir dari badai tropis yang semakin intensif.

Jauh di Pasifik, Arus Humboldt, salah satu arus laut paling produktif di dunia, menyokong sekitar 20% tangkapan ikan global, menjadi pilar ekonomi utama bagi negara-negara seperti Cile dan Peru. Di Brasil sendiri, kontribusi ekonomi biru diperkirakan mencapai sekitar 20% dari PDB nasional, menegaskan perannya sebagai sektor yang sangat strategis bagi pembangunan negara.

Ancaman yang Meningkat terhadap Fondasi Biru Kawasan

Namun, kekayaan laut kawasan ini menghadapi serangkaian ancaman serius yang saling terkait. Peningkatan penyerapan CO₂ atmosfer oleh air laut memicu pengasaman laut, yang secara langsung membahayakan organisme kunci seperti karang, krustasea, dan moluska.

Dampaknya meluas ke proses biologis mendasar, mengganggu reproduksi, pembentukan cangkang dan kerangka, sinyal kimia, serta perilaku makan. Pada saat yang sama, lautan terkontaminasi oleh jutaan ton plastik, pupuk pertanian, dan pestisida setiap tahunnya. Praktik penangkapan ikan berlebihan dan hilangnya habitat kritis, seperti terumbu karang dan bakau, terus mengikis ketahanan ekosistem laut.

Tekanan kumulatif ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem yang penting, tetapi juga mata pencaharian jutaan orang di kawasan ini, memicu efek domino yang merusak kehidupan laut dan sektor-sektor ekonomi vital seperti pariwisata dan perikanan.

Selain itu, aktivitas baru dan berkembang seperti penambangan laut dalam, yang seringkali beroperasi tanpa regulasi internasional yang efektif dan didorong oleh permintaan global akan mineral langka, menimbulkan risiko pelepasan sedimen beracun dan logam berat.

Operasi ini berlangsung di lingkungan dasar laut yang kompleks, di mana dampaknya dapat menyebar luas, memengaruhi ekosistem di dasar laut itu sendiri maupun arus laut yang vital yang menghubungkan berbagai penjuru planet.

Baca Juga: Ekonomi Biru: Benarkah Investasi Laut Kini Jadi Pusat Strategi Iklim Global?