Kenapa Pemisahan India dan Pakistan Masih Meninggalkan Luka Mendalam?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 9 Mei 2025 | 16:00 WIB
Akhir dari pemerintahan kolonial Inggris melahirkan dua negara berdaulat, India dan Pakistan. Namun pemisahan itu meninggalkan lika mendalam.
Akhir dari pemerintahan kolonial Inggris melahirkan dua negara berdaulat, India dan Pakistan. Namun pemisahan itu meninggalkan lika mendalam. (Wikipedia)

Pada akhirnya, Radcliffe dan timnya—tak seorang pun memiliki keahlian dalam pembuatan peta atau politik dan budaya India—membagi kedua provinsi menjadi dua. Mereka memberikan sekitar setengahnya kepada setiap negara baru.

Hal ini berarti negara baru Pakistan tidak akan menjadi negara yang bersebelahan. Sebagian besar daratannya terletak di sudut barat laut India, dengan sebagian yang disebut Pakistan Timur yang terletak di Benggala di barat.

Keputusan itu sangat menentukan. Keputusan itu membuat ratusan ribu umat Hindu dan Muslim terdampar di negara baru yang “salah”. Dan juga memisahkan Benggala dari wilayah Pakistan lainnya sejauh 1.600 km.

Pada tanggal 14 dan 15 Agustus 1947, Pakistan dan India menjadi wilayah kekuasaan mahkota Inggris. Mereka pada akhirnya akan sepenuhnya merdeka. Namun Mountbatten menolak untuk menerbitkan peta tersebut hingga 2 hari kemudian. Maksudnya adalah untuk menjaga fokus internasional pada kebaikan hati Inggris.

Akibat berdarah dari Pemisahan

Apa yang disebut Inggris sebagai kemenangan sebenarnya adalah awal dari migrasi manusia terbesar dalam sejarah. “Pemisahan ini merupakan salah satu episode paling brutal umat manusia,” tulis Erin Blakemore di laman National Geographic.

Karena tidak yakin di mana batas wilayah telah ditetapkan—dan di negara mana mereka tinggal saat ini—sebanyak 18 juta orang mengemasi barang-barang mereka. Mereka berangkat untuk mencapai negara yang “tepat”.

Kebingungan dan ketakutan yang terjadi kemudian bagaikan pemantik bagi ketegangan Hindu-Muslim yang sudah berlangsung lama. Retorika terpolarisasi selama bertahun-tahun. Dendam lama menjadi mematikan. Permusuhan baru muncul di antara mereka yang status minoritas dan mayoritasnya tiba-tiba berubah.

Para penyerang menculik dan memerkosa puluhan ribu wanita; orang-orang membantai anggota keluarga mereka sendiri. Massa menyerang para pengungsi dan penduduk desa. Mereka membakar gedung-gedung, menjarah rumah dan bisnis. Juga melakukan pembunuhan massal.

Kekerasan itu sangat mengerikan di Punjab dan Bengal. “Di Punjab, mantan tentara Perang Dunia II menggunakan senjata mereka atas nama eliet lokal yang,” tulis sejarawan Mytheli Sreenivas.

“Mereka menggunakan kekacauan pemisahan untuk menyelesaikan masalah lama, menegaskan klaim atas tanah, dan mengamankan kekuatan politik. Serta mengamankan ekonomi mereka sendiri,” tambah Sreenivas.

Meskipun negara-negara tersebut secara teknis merupakan wilayah kekuasaannya, Inggris tidak meredakan kekerasan tersebut.

Warisan Pemisahan

Kekerasan mereda sekitar tahun 1950. Namun satu hingga dua juta orang telah tewas dan kedua negara tersebut berubah selamanya. Pada tahun 1948, Gandhi dibunuh oleh seorang nasionalis Hindu yang dilaporkan menganggap pemimpin tersebut terlalu pro-Muslim.

Sementara itu, geografi Pakistan yang tidak biasa telah memicu ketegangan antara timur dan barat. Dan pada akhirnya mengarah pada dorongan untuk kemerdekaan Bangladesh. Sebagai rumah bagi 56 persen penduduk Pakistan, Pakistan Timur menerima lebih sedikit dana. Mereka juga memiliki kekuatan politik yang lebih sedikit daripada negara tetangganya di barat.

Pada tahun 1971, setelah beberapa dekade perselisihan, Bangladesh mendeklarasikan kemerdekaan. Pakistan melancarkan kampanye militer untuk menundukkan penduduk, membantai sedikitnya 300.000 warga sipil.

Otoritas Bengali mengeklaim jumlah korban 10 kali lebih tinggi. Mereka menyebutkan 3 juta orang tewas dalam genosida. Perang berdarah selama 8 bulan pun terjadi. Bangladesh resmi menjadi negara demokrasi sekuler yang merdeka pada tahun 1972.

Dalam 75 tahun sejak Pemisahan, pertikaian teritorial antara India dan Pakistan terus memanas. Pertikaian meletus menjadi empat perang dan serangan lintas batas yang terus berlangsung.

Pemisahan masih terasa menyakitkan bagi banyak orang yang mengalaminya secara langsung, seperti Suri Sehgal. Seluruh keluarganya selamat dan bersatu kembali di India pada akhir tahun 1947. Namun yang lainnya tidak seberuntung itu.

Bagi banyak orang di India, Pakistan, dan Bangladesh, kehilangan dan kenangan akan hari-hari yang berdarah dan tidak pasti itu masih menghantui.

--

Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!