Bukan Satu-satunya Kapal Tenggelam, Mengapa Titanic Bisa Terus Memikat Perhatian?

By Ade S, Selasa, 13 Mei 2025 | 10:03 WIB
Bangka kapal Titanic.
Bangka kapal Titanic. (National Geographic)

Nationalgeographic.co.id—Kendati sejarah maritim mencatat berbagai insiden kapal karam yang merenggut nyawa dan meninggalkan duka mendalam, kisah mengenai RMS Titanic memiliki resonansi yang unik dan abadi dalam benak masyarakat dunia.

Lebih dari seabad setelah tragedi di Samudra Atlantik Utara itu, cerita tentang kemewahan kapal yang diklaim tak mungkin tenggelam, tabrakan fatal dengan gunung es, dan perjuangan dramatis para penumpangnya terus diceritakan dan diinterpretasikan ulang melalui berbagai medium, mulai dari buku dan film dokumenter hingga adaptasi fiksi yang memukau.

Lantas, di tengah banyaknya catatan kelam dalam sejarah pelayaran, faktor-faktor spesifik apa saja yang menjadikan narasi Titanic begitu kuat mencengkeram imajinasi publik lintas generasi?

Apakah kombinasi antara kemegahan dan kehancuran, kisah cinta tragis di tengah malapetaka, ataukah pelajaran tentang kesombongan dan keterbatasan manusia yang terus membuat kita terpukau oleh tragedi ini?

Dimulai dari Reruntuhan di Dasar Samudra

Ketertarikan publik terhadap Titanic mulai memuncak setelah penemuan reruntuhan kapal pada 1 September 1985 di dasar samudra, serta insiden tragis pada Juni 2023 lalu ketika sebuah kapal selam wisata meledak saat menuju lokasi bangkai kapal tersebut.

Peristiwa-peristiwa ini menyoroti tidak hanya sejarah kelam Titanic, tetapi juga industri pariwisata bawah laut yang berisiko tinggi dan eksklusif yang muncul di sekitarnya.

Selama beberapa dekade terakhir, ekspedisi ke situs Titanic telah dilakukan untuk berbagai tujuan, mulai dari mengumpulkan artefak, mempelajari proses peluruhan kapal, hingga sekadar menyaksikan langsung sisa-sisa legenda yang telah menginspirasi begitu banyak karya seni dan hiburan.

Menurut Robert Thompson, pendiri dan direktur Bleier Center for Television and Popular Culture di Syracuse University, Titanic telah tertanam kuat dalam budaya populer sejak malam tenggelamnya. Ia mencatat bahwa film bisu pertama tentang bencana ini dirilis hanya sebulan setelah kejadian, meskipun kini karya tersebut telah hilang.

Thompson dengan cepat menyebutkan beberapa karya terkenal lainnya yang merujuk pada Titanic, termasuk drama "Cavalcade" karya Noel Coward tahun 1931 (yang diadaptasi menjadi film peraih Oscar tahun 1933), buku non-fiksi "A Night to Remember" karya Walter Lord tahun 1955 (yang kemudian menjadi drama televisi langsung pada 1956 dan film dokumenter dua tahun kemudian), musikal "The Unsinkable Molly Brown" tahun 1960 (dan filmnya tahun 1964), novel "Raise the Titanic!" karya Clive Cussler tahun 1976 (dan filmnya tahun 1980), film dokumenter IMAX "Titanica" tahun 1992, serta film pemenang Oscar James Cameron tahun 1997, "Titanic."

Thompson, seperti dilansir ABC News, berpendapat bahwa kisah ini terus diceritakan kembali di setiap dekade karena berbagai elemen dramatis di dalamnya: penumpang kelas atas, kecepatan kapal yang luar biasa pada masanya, tingginya jumlah korban jiwa, dan klaim yang salah bahwa kapal itu "tidak dapat tenggelam."

Baca Juga: Mengapa di dalam Kapal Titanic Tidak Pernah Ditemukan Jasad Manusia?