Nationalgeographic.co.id—Karamnya kapal Titanic, kisah berusia seabad ini masih sangat familiar di telinga. Kisahnya tetap menarik, lahir dari sebuah tragedi dan kini menjadi legenda.
Titanic dianggap 'tidak dapat tenggelam', karena tragedi itu melibatkan penumpang dari semua lapisan masyarakat, mewakili dua puluh tujuh negara. Di mana meninggalkan cerita yang tak pernah ada habisnya.
Penumpangnya adalah berbagai kalangan masyarakat. Ada imigran, pebisnis, tokoh-tokoh militer, orang miskin, keluarga masyarakat kaya yang tak terduga, orang tua dan bayi baru lahir, pramugari, dan petugas kru kapal lainnya.
Dalam sejarah dunia, Titanic dikabarkan berlayar pada pelayaran perdananya ke New York pada tanggal 10 April 1912. "Sebagian besar penumpangnya tidak pernah sampai di New York," tulis Aimee.
Aimee Heidelberg menulisnya kepada HIstory Collection dalam artikelnya berjudul Titanic Survivor’s Stories Are As Dramatic As The Sinking, yang diterbitkan pada 14 Desember 2023.
Musibah itu menemui mereka pada tanggal 14 April, di mana kapal super megah bernama Titanic, mengukir ironi sejarah dunia dengan menabrak gunung es, menyebabkan kerusakan struktural yang fatal dan karam meninggalkan legenda.
Dalam waktu dua setengah jam, kapal tersebut tenggelam ke kedalaman Samudera Atlantik, lebih dari 12.000 kaki di bawah permukaan. Saat dia terjun ke bawah ombak, dia merenggut 1.517 jiwa.
Namun, ada 706 orang yang selamat, yang kisahnya tidak berakhir pada malam fatal itu. 900 awak kapal Titanic sebagian besar adalah laki-laki, dan hanya dua puluh tiga perempuan.
Para kru sebagian besar berasal dari Inggris dan Irlandia. Ini termasuk petugas pemadam kebakaran yang memberi makan ketel uap agar kapal tetap berjalan dan insinyur (semuanya hilang) yang menjaga sistem mekanis tetap beroperasi.
Namun ada satu nama yang menarik untuk dituliskan. Ia adalah Charles Joughin, Kepala Baker Titanic. Ia jadi salah satu dari sedikit orang yang selamat dari peristiwa karamnya Titanic. Joughin masih hidup dan mengisahkan pengalaman dramatisnya.
Kala itu, dia sibuk mengisi sekoci, menaruh roti lunak ke dalam sekoci untuk persediaan tambahan selain biskuit keras yang sudah diisi sebelumnya, dan melemparkan kursi geladak ke samping sebagai alat pelampung.
Kondisi kapal sudah menghantam, menyebabkan kegaduhan luar biasa. Joughin mempersiapkan diri untuk hal yang terjadi selanjutnya dengan seteguk minuman keras. Dia terjebak dalam kerumunan saat berusaha menuju bagian belakang kapal.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR