Apa yang Didapat Paleontolog Setelah Menggali Isi Perut Dinosaurus Sauropoda Ini?

By Tatik Ariyani, Rabu, 11 Juni 2025 | 19:00 WIB
Diamantinasaurus matildae
Diamantinasaurus matildae (Wikipedia )

Nationalgeographic.co.id—Dinosaurus sauropoda raksasa dapat mencapai panjang hingga 123 kaki (sekitar 37 m) dan berat hingga 7 ton. Sauropoda telah lama diyakini sebagai dinosaurus herbivor, yang memakan daun selama periode Jurassic dan Cretaceous.

Baru-baru ini, tim paleontolog telah mempelajari isi perut seekor sauropoda yang masih utuh untuk pertama kalinya. Sauropoda tersebut hidup sekitar 94 hingga 101 juta tahun lalu. 

Temuan tersebut menegaskan bahwa mereka sebenarnya adalah herbivor dan mereka tidak benar-benar mengunyah makanan mereka. Sauropoda mengandalkan mikroba usus untuk memecah makanannya. Temuan ini kemudian dirinci dalam sebuah studi yang diterbitkan pada tanggal 9 Juni di jurnal Current Biology.

"Tak pernah ditemukan isi perut sauropoda asli di mana pun sebelumnya, meskipun fosil sauropoda telah ditemukan di setiap benua dan kelompok ini diketahui telah hidup selama setidaknya 130 juta tahun," kata Stephen Poropat, salah satu penulis studi dan paleontologis di Curtin University di Australia.

Temuan ini mengonfirmasi beberapa hipotesis tentang pola makan sauropoda yang telah dibuat berdasarkan studi tentang anatomi mereka dan perbandingan dengan hewan masa kini.

Pola makan sauropoda

Fosil tulang dinosaurus hanya bisa memberi kita sedikit informasi tentang hewan-hewan yang telah punah ini. Para paleontolog dapat menggunakan jejak dan telapak kaki untuk mempelajari tentang pergerakan mereka, serta isi perut yang terawetkan—yang disebut kololit—untuk mengetahui seperti apa pola makan mereka.

Memahami pola makan sangat penting untuk memahami biologi dinosaurus dan peran mereka dalam ekosistem purba. Namun, sangat sedikit fosil dinosaurus yang ditemukan dengan kololit. Kololit adalah isi perut yang belum menjadi kotoran—atau koprolit.

Secara khusus, kololit pada dinosaurus sauropoda masih sulit ditemukan. Dengan ukuran tubuh mereka yang luar biasa besar, dinosaurus ini mungkin merupakan herbivora darat yang paling berpengaruh secara ekologis di planet ini selama periode Jurassic dan Cretaceous.

Karena kurangnya bukti langsung tentang pola makan mereka, rincian tentang cara makan sauropoda—termasuk jenis tumbuhan yang mereka konsumsi—sebagian besar masih berupa teori yang didasarkan pada keausan gigi, bentuk dan ukuran rahang, serta panjang leher.

Namun, hal itu berubah pada musim panas tahun 2017. Staf dan relawan dari Australian Age of Dinosaurs Museum of Natural History sedang menggali kerangka dinosaurus sauropoda muda yang relatif lengkap.

Baca Juga: Tengkorak Stegosaurus 150 Juta Tahun yang Mengubah Evolusi Dinosaurus

Spesimen Diamantinasaurus matildae ini hidup pada pertengahan periode Cretaceous dan ditemukan di Winton Formation of Queensland, Australia.

Tim tersebut memperhatikan lapisan batu yang retak secara tidak biasa, yang tampaknya mengandung kololit dari sauropoda tersebut dengan fosil tumbuhan yang terawetkan dengan sangat baik.

Isi perut sauropoda

Tim peneliti menganalisis spesimen tumbuhan di dalam kololit tersebut dan menemukan bahwa sauropoda kemungkinan besar hanya melakukan pemrosesan makanan secara minimal di mulut. Alih-alih mengunyah, mikrobiota dalam usus mereka akan memfermentasi tumbuhan untuk mencernanya.

Kololit tersebut mengandung beragam jenis tumbuhan, termasuk dedaunan dari tumbuhan berkonifer (tumbuhan berbiji yang menghasilkan kerucut), struktur buah dari pakis berbiji (bagian tumbuhan yang menyimpan biji), dan daun dari angiosperma (tumbuhan berbunga). Dari temuan ini, tampaknya Diamantinasaurus merupakan pemakan dalam jumlah besar (massal) yang tidak pilih-pilih.

Poropat mengatakan, "Tumbuhan di dalamnya menunjukkan tanda-tanda telah dipotong, kemungkinan digigit, namun tidak dikunyah, mendukung hipotesis bahwa sauropoda merupakan pemakan dalam jumlah besar."

Tim tersebut juga menemukan biomarker kimia pada tumbuhan angiospermae dan gymnospermae, yakni sekelompok tumbuhan berkayu dan penghasil biji, termasuk tumbuhan runjung.

Menurut Poropat, hal ini menyiratkan bahwa setidaknya beberapa sauropoda tidak pilih-pilih makanan. Mereka memakan tumbuhan apa pun yang dapat mereka jangkau dan olah dengan aman.

"Temuan ini sebagian besar menguatkan gagasan masa lalu mengenai pengaruh besar yang pasti dimiliki sauropoda terhadap ekosistem di seluruh dunia selama Era Mesozoikum," tambah Poropat.

Meskipun tidak mengejutkan bahwa isi saluran pencernaan mendukung teori bahwa sauropoda adalah herbivora dan pemakan dalam jumlah banyak, Poropat terkejut menemukan tumbuhan angiospermae di dalam perut dinosaurus tersebut.

"Angiospermae menjadi hampir seberagam konifer di Australia sekitar 100 hingga 95 juta tahun yang lalu, saat sauropoda ini masih hidup," katanya. "Hal ini menunjukkan bahwa sauropoda telah berhasil beradaptasi untuk memakan tumbuhan berbunga dalam waktu sekitar 40 juta tahun sejak pertama kali ada bukti keberadaan tumbuhan ini dalam catatan fosil."

Berdasarkan temuan ini, tim tersebut menduga bahwa Diamantinasaurus kemungkinan memakan tumbuhan yang tumbuh rendah dan tinggi, setidaknya sebelum dewasa. Saat menetas, sauropoda hanya dapat mengakses makanan yang dekat dengan tanah. Saat mereka tumbuh, pilihan makanan juga lebih beragam.

Selain itu, keberadaan tunas kecil, daun pelindung, dan polong biji yang melimpah dalam kololit menunjukkan bahwa Diamantinasaurus muda kemungkinan besar menargetkan bagian tumbuhan yang masih muda dari konifer dan pakis berbiji. Bagian tumbuhan yang masih baru tumbuh ini lebih mudah dicerna.

---Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News   https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.