Warga Buang Sampah Sembarangan, Gajah Sri Lanka Sering Makan Plastik

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 22 Mei 2018 | 08:21 WIB
Gajah-gajah di Sri Lanka kini sering mengonsumsi sampah plastik dan makanan busuk. (Lakruwan Wanniarachchi/AFP)

Di tempat pembuangan di Sri Lanka, terdapat kawanan gajah liar yang sedang mencari makan di antara tumpukan sampah. Mereka menelan potongan-potongan plastik yang berbahaya, serta makanan busuk. Para ahli mengatakan, ini bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi para gajah.

Jayantha Jayewardene, peneliti gajah Asia mengatakan, akibat pembuangan sampah secara ilegal di dekat cagar alam, diperkirakan 7500 gajah liar di Sri Lanka, jadi sering mengais sampah. Dan itu membuat mereka sakit.  

“Para gajah mengalami sakit akibat makan plastik. Kami belum menemukan kasus kematian, namun ini harus diperhatikan,” katanya.

Baca juga: Bagi Hewan, Plastik Mengubah Lautan Menjadi Kawasan Penuh Ranjau

Menurut Jayewardene, kondisi ini sangat memprihatinkan. Sebab, gajah termasuk hewan yang dihormati dalam agama Buddha, agama mayoritas di Sri Lanka, dan ia juga dilindungi oleh hukum.

“Sri Lanka menganggap gajah sebagai warisan negara, namun sekarang kita lihat, hewan-hewan tersebut kekurangan makanan dan harus mengonsumsi sampah,” tambahnya.

Sekawanan 20 gajah liar di Habarana, bagian timur Sri Lanka, menjadi sangat bergantung pada sampah. Mereka berperilaku seperti hewan peliharaan yang menunggu traktor untuk memberikan ‘makanan’. Gajah-gajah ini tidak lagi mencari makan di hutan. Mereka seperti hewan di kebun binatang.

“Mereka menjadi jinak dan terbiasa dengan traktor yang membawakan mereka sampah. Ini pemandangan yang menyedihkan melihat hewan tersebut memunguti sampah yang membusuk,” papar Jayewardene.

Seekor gajah di tengah tumpukan sampah. (Lakruwan Wanniarachchi/AFP)

Gajah tersebut sering kali terlihat berada di kerumunan sampah, terutama pada tumpukan botol plastik. Sangat berbeda dengan hewan jumbo yang digambarkan di brosur perjalanan Sri Lanka.

Tahun lalu, pemerintah sudah melarang adanya tempat pembuangan sampah terbuka di dekat tempat perlindungan satwa liar. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko kesehatan gajah yang mengonsumsi makanan busuk.  

“Sekitar 300 gajah berkeliaran di sekitar sampah. Ketika mengonsumsi limbah yang dipenuhi bakteri, itu memperpendek umur mereka,” tulis sebuah pernyataan pemerintah tahun lalu.

Namun, meskipun begitu, kubangan sampah tetap berada di sana – termasuk potongan-potongan plastik yang sulit terurai.  

Adanya pagar listrik tidak efektif untuk menghentikan gajah mengais dan memakan sampah. (Lakruwan Wanniarachchi/AFP)

Ratusan gajah di tempat lain juga diketahui mencari makan di tumpukan sampah, dekat dengan habitat mereka.

Pemerintah telah memasang pagar listrik di sekitar 50 tempat pembuangan sampah di dekat habitat gajah untuk menghentikan mereka mengais sampah. Namun, menurut penduduk setempat, cara ini tidak efektif.

Baca juga: Gagal ‘Meluncur’ ke Alam Liar, Hewan-hewan Ini Tetap Bersama Induknya

Salah satu petugas di tempat perlindungan gajah, mengatakan, tidak ada cara lain untuk mengatasi masalah pembuangan sampah sembarangan ini, selain penegakan hukum yang tegas.

Sri Lanka sempat membersihkan tumpukan ‘ilegal’ setelah 33 orang terkubur hidup-hidup di bawah gunung sampah setinggi 90 meter di pinggir ibu kota Kolombo. Seratus rumah juga ambruk akibat insiden tersebut.

Sejak saat itu, plastik dilarang digunakan dan ada sanksi bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, sayangnya, itu hanya gertak semata, karena penegakkan hukumnya tidak dilaksanakan.