Menjaga Kelestarian Jalak Bali Melalui Penangkaran dan Pelepasliaran

By Agung Adytia Pratama Putra, Kamis, 24 Mei 2018 | 13:15 WIB
Di sekitar taman nasional, jalak bali lepasan bebas beranak-pinak. (Dwi Oblo)

Mengutip tulisan Agus Prijono dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Agustus 2017, tantangan besar bukan lagi berasal dari perburuan liar saja. Namun juga berasal dari pemangsaan dan juga alam yang turut berubah. Kawasan taman nasional yang kering memerlukan campur tangan manusia agar jalak bali mampu bertahan.

Hal itu sejalan dengan Program konservasi berbasis masyarakat di Melinggih Kelod yang telah dijalankan oleh Yayasan Bengawan sejak bulan Oktober 2017. Yayasan Bengawan memutuskan untuk bermitra bersama masyarakat setempat untuk memastikan adanya dukungan terhadap pelestarian jalak bali serta pemantauan terhadap burung yang dilepasliarkan.

Para penangkar juga membentuk Asosiasi Penangkar Melinggih Kelod untuk kelancaran program. Melalui program konservasi tersebut, masyarakat dapat mengambil keuntungungan melalui eco-tourism dan pariwisata. “Program konservasi berbasis masyarakat dirancang untuk memberikan peluang bisnis kepada masyarakat setempat dan juga untuk mendukung pelestarian maskot Bali yaitu burung Jalak Bali”, terang Bradley Gardner.

Baca juga: Kisah Cinta Rahasia Perawat Militer Amerika dengan Tahanan Perang Nazi

Tidak hanya itu, Yayasan Bengawan juga menjalankan beberapa program edukasi bagi sekolah-sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler di sekitar Payangan, Bali. Program ini telah menghasilkan “duta jalak bali” cilik yang memiliki semangat melindungi satwa langka ini.