Ketika Bayi Anjing Laut Mati dengan Sampah Plastik di Perutnya

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 2 Juni 2018 | 16:47 WIB
Bayi anjing laut. (David Doubilet/National Geographic)

Sekecil apa pun sampah plastik, itu dapat merusak kehidupan hewan.

Jumat lalu, bayi anjing laut harpa ditemukan mati di pulau Skye. Ia lalu dibawa ke Scottish Marine Animal Stranding Scheme (SMASS), sebuah badan pemerintah yang menginvestigasi kematian mamalia laut.

Di sana, Andrew Brownlow, ahli patologi hewan, melakukan autopsi pada mayat anjing laut tersebut dan menemukan secarik plastk di perutnya. Brownlow kemudian membagikan pengalamannya tersebut melalui laman Facebook SMASS.

Baca juga: Bagi Hewan, Plastik Mengubah Lautan Menjadi Kawasan Penuh Ranjau

Kira-kira, anjing laut itu berusia delapan bulan hingga satu tahun. Brownlow mengatakan, sangat jarang menemukan sampah plastik di dalam perut anjing laut. Biasanya, mereka lebih sering mati akibat terlilit jaring-jaring dan perangkap lainnya.

“Anjing laut yang menelan plastik sangat langka. Mereka merupakan hewan pintar dan biasanya mampu membedakan antara plastik dan mangsa,” papar Brownlow.

Insiden ini menyoroti betapa berbahayanya pencemaran sampah plastik. Bahkan, hewan laut paling cerdas pun menjadi salah satu korbannya.

Terdampar di perairan asing

Biasanya, SMASS mendapat laporan mengenai terdamparnya anjing laut abu-abu dan anjing laut pelabuhan. Ini sering terjadi di Skotlandia. Namun, untuk kasus anjing laut harpa yang tinggal di Arktika, fenomena ini sangat tidak biasa.

Anjing laut harpa tidak terancam punah. Mereka kebanyakan menghabiskan waktunya untuk berenang di air es di Atlantik dan laut Arktika, makan ikan dan krustasea, serta bermigrasi ke tempat berkembang biak mereka di Newfoundland.

Brownlow menduga, bayi anjing laut yang malang tersebut lahir di bagian utara Norwegia, namun tanpa alasan yang jelas, ia terbawa ke selatan. Bisa jadi, bayi tersebut sedang mengikuti mangsanya atau anjing laut lain sebelum akhirnya tersesat.

Dalam laman Facebook SMASS, Brownlow menulis, perubahan iklim mungkin juga berperan penting pada fenomena perpindahan hewan ini.