Ketika Bayi Anjing Laut Mati dengan Sampah Plastik di Perutnya

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 2 Juni 2018 | 16:47 WIB
Bayi anjing laut. (David Doubilet/National Geographic)

Sampah plastik tipis di dalam perut

Selama autopsi, Brownlow dan timnya menemukan plastik segiempat tipis berukuran dua inci dalam kondisi kusut di perut anjing laut harpa. Adanya luka terbuka menunjukkan bahwa plastik tersebut sudah berada di dalam sana dalam waktu yang cukup lama. Usus anjing laut pun diketahui mengalami peradangan.

Sampah plastik itu  kemungkinan menyumbat sfingter pilorus -- bagian dalam perut yang mengatur pergerakan makanan ke usus. Ini membuat perut bayi anjing laut kesulitan untuk mengosongkan makanan.

Potongan sampah plastik yang ditemukan di perut bayi anjing laut. (SMASS)

Brownlow mengatakan bahwa plastik tidak langsung membunuh anjing laut. Hewan tersebut sudah berada dalam kondisi sakit, dehidrasi, kurus, dan tidak makan apa pun sebelum kematiannya. Mayat anjing laut menunjukkan bukti sepsis dan bakteri, namun tidak ada trauma.

“Tampaknya potongan plastik itu membahayakan jaringan dalam perut sehingga memungkinkan bakteri dari usus mengalir ke darah. Bayi anjing laut itu memang akan mati karena kondisinya, namun sampah plastik mempercepat proses tersebut,” papar Brownlow.

Plastik tidak dapat terurai dalam perut. Jika anjing laut tersebut masih sehat, ada kemungkinan ia bisa selamat.

Krisis sampah

Anjing laut harpa bukan satu-satunya spesies yang ‘diganggu’ oleh sampah plastik. Singa laut dan spesies lainnya juga sering terlilit sampah di laut, seperti peralatan memancing, kantung plastik dan karet.

Sekitar 700 spesies – di antaranya penyu dan burung laut yang terancam punah -- bahkan menelan sampah plastik dan mengira itu makanan mereka. Namun, alih-alih memberikan gizi, sampah tersebut dapat menusuk selaput lambung dan menyebabkan kelaparan serta kematian.

Baca juga: Warga Buang Sampah Sembarangan, Gajah Sri Lanka Sering Makan Plastik

Beberapa ikan juga berisiko memakan sampah plastik mikroskopis. Dan karena manusia mengonsumsi ikan, kita secara tidak sengaja juga menelan potongan-potongan kecil dari sedotan, tutup botol, serta kantung plastik.

Beberapa sampah plastik dapat terlihat dengan mudah, namun 90%nya memiliki panjang kurang dari setengah inci. Artinya, sebagian besar plastik yang tidak terdeteksi juga bisa menyebabkan kematian bagi hewan laut.

“Sekecil apa pun potongan plastik menjadi masalah bagi kehidupan hewan,” pungkas Brwonlow.

Kisah ini merupakan bagian dari Bumi atau Plastik?—upaya tahunan kami untuk meningkatkan kepedulian tentang krisis sampah plastik global. Baca ulasan-ulasan lainnya dalam majalah National Geographic edisi Juni 2018