Seberapa Parahkah Kondisi Pencemaran Sampah Plastik di Laut Asia?

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 7 Juni 2018 | 14:09 WIB
Filipina merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. (Noel Celis/AFP)

“Sangat tidak menyenangkan untuk dilihat. Orang-orang membuang sampahnya di sini (di tepi pantai). Ini juga berbahaya bagi anak-anak,” kata Puong.

Plastik memenuhi hutan bakau di Vietnam. (Nhac Nguyen/AFP)

Di hutan bakau terdekat, tetangga Puong sering menggali lumpur hangat untuk mencari siput atau udang. Namun, malah sampah plastik yang ia temukan.

“Sulit bagi kami untuk bekerja di sini, karena tidak menemukan udang dan ikan,” kata Vu Quoc Viet, nelayan lainnya.

Satu kilometer dari sana, sepanjang pantai dipenuhi dengan sandal, plastik biskuit, bungkus pasta gigi, kotak jus, perkakas rumah, jaring ikan, baju bekas, hingga sisa-sisa pembakaran sampah.

Lebih banyak plastik pada 2050

Menurut Joi Danielson, direktur program Oceans Plastics Asia di SYSTEMIQ, kurangnya koordinasi pengumpulan sampah di Vietnam dan negara-negara Asia lainnya, menjadi alasan utama mengapa plastik akhirnya sampai ke lautan.

Baca juga: Tujuh Cara Mengurangi Penggunaan Plastik Dalam Kehidupan Sehari-hari

Rata-rata, hanya ada sekitar 40% sampah yang dikumpulkan dengan baik, di kelima negara tersebut. Sementara sisanya, terbawa ke laut.  

Selain itu, adanya ketergantungan pada penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga berperan penting pada pencemaran.

Melihat hal tersebut, Ocean Comservacy memperkirakan, jumlah sampah plastik di laut akan mencapai 250 juta ton pada 2025. Artinya, akan lebih banyak sampah dibanding ikan di samudra kita.

#BumiAtauPlastik #SayaPilihBumi