Seberapa Parahkah Kondisi Pencemaran Sampah Plastik di Laut Asia?

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 7 Juni 2018 | 14:09 WIB
Filipina merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. (Noel Celis/AFP)

Nationalgeographic.co.id - Hutan bakau Vietnam dipenuhi dengan kantung plastik, seekor paus di Thailand mati akibat menelan sampah plastik, dan limbah menyelimuti pantai-pantai Indonesia – merupakan gambaran suram mengenai krisis plastik yang mencengkram Asia.

Ada sekitar delapan juta ton sampah plastik yang mengambang di laut setiap tahunnya. Kira-kira, per menit, ada satu truk sampah plastik yang dibuang ke sana.

Menurut Ocean Conservacy Report 2015, lebih dari setengah jumlah tersebut berasal dari negara-negara di Asia seperti Tiongkok, Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Baca juga: Foto-foto Menyedihkan dari Pencemaran Plastik di India dan Filipina

Kelima negara ini memang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup cepat di Asia. Membuat banyak plastik diproduksi, digunakan satu kali, lalu dibuang. Sayangnya, ini tidak didukung dengan pengelolaan sampah yang baik.

“Kita sedang berada dalam krisis polusi plastik. Kita bisa melihatanya setiap hari di sungai, di laut…..dan rasanya perlu melakukan sesuatu untuk menguranginya,” kata Ahmad Ashov Birry, juru kampanye Greenpeace Indonesia.

Tidak hanya merusak pemandangan, plastik juga dapat membunuh kehidupan laut.

Minggu lalu, seekor paus ditemukan tewas di Thailand Selatan dengan 80 kantung plastik dalam perutnya. Selain itu, burung laut dan kura-kura juga mati akibat menelan plastik.

Ancaman tidak terlihat

Para ahli mengatakan, ancaman sampah plastik juga ada yang tidak terlihat.

Mikroplastik – potongan-potongan kecil dari sampah plastik besar yang mudah menyerap racun – ditemukan pada air tawar, air tanah, dan di dalam tubuh ikan yang biasa kita makan sehari-hari.  

Hal ini mengkhawatirkan para nelayan. Termasuk Nguyen Thi Puong, yang tepi laut di desanya sudah berubah menjadi tempat pembuangan sampah selama bertahun-tahun.

“Sangat tidak menyenangkan untuk dilihat. Orang-orang membuang sampahnya di sini (di tepi pantai). Ini juga berbahaya bagi anak-anak,” kata Puong.

Plastik memenuhi hutan bakau di Vietnam. (Nhac Nguyen/AFP)

Di hutan bakau terdekat, tetangga Puong sering menggali lumpur hangat untuk mencari siput atau udang. Namun, malah sampah plastik yang ia temukan.

“Sulit bagi kami untuk bekerja di sini, karena tidak menemukan udang dan ikan,” kata Vu Quoc Viet, nelayan lainnya.

Satu kilometer dari sana, sepanjang pantai dipenuhi dengan sandal, plastik biskuit, bungkus pasta gigi, kotak jus, perkakas rumah, jaring ikan, baju bekas, hingga sisa-sisa pembakaran sampah.

Lebih banyak plastik pada 2050

Menurut Joi Danielson, direktur program Oceans Plastics Asia di SYSTEMIQ, kurangnya koordinasi pengumpulan sampah di Vietnam dan negara-negara Asia lainnya, menjadi alasan utama mengapa plastik akhirnya sampai ke lautan.

Baca juga: Tujuh Cara Mengurangi Penggunaan Plastik Dalam Kehidupan Sehari-hari

Rata-rata, hanya ada sekitar 40% sampah yang dikumpulkan dengan baik, di kelima negara tersebut. Sementara sisanya, terbawa ke laut.  

Selain itu, adanya ketergantungan pada penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga berperan penting pada pencemaran.

Melihat hal tersebut, Ocean Comservacy memperkirakan, jumlah sampah plastik di laut akan mencapai 250 juta ton pada 2025. Artinya, akan lebih banyak sampah dibanding ikan di samudra kita.

#BumiAtauPlastik #SayaPilihBumi