Mengenang Anthony Bourdain dan Tempat-tempat yang Pernah Dikunjunginya

By Gita Laras Widyaningrum, Sabtu, 9 Juni 2018 | 12:50 WIB
Anthony Bourdain saat berada di Lebanon. (David S Holloway/CNN)

Anthony Bourdain mengubah cara kita melihat perjalanan. Ia meninggal dunia pada 8 Juni 2018 di Prancis. Berikut adalah wawancara National Geographic dengan Bourdain pada 2015 lalu. Artikel ini telah diperbarui dari versi sebelumnya.

Pembawa acara televisi, pengarang, dan mantan koki, Anthony Bourdain, telah mencicipi hampir semua makanan di dunia. Mulai dari sup pangsit di Shanghai hingga ikan piranha di Peru. Inilah tampilan dunia melalui mata unik (dan selera makan) Bourdain.

Dalam opini Anda, manakah destinasi yang paling dianggap remeh di dunia? Mengapa?

Sepertinya Uruguay. Montevideo di Uruguay, belum banyak diketahui. Semua orang dari Argentina sudah mengetahui betapa bagusnya Montevideo dan mereka sering pergi ke sana saat libur. Namun, selain orang-orang Argentina itu, sisa penduduk dunia, belum pernah mendengarnya. Padahal, Montevideo adalah tempat yang sangat santai, warga lokal ramah, pantainya luar biasa, dan makanannya enak-enak.

Kota mana yang memiliki segalanya?

Tokyo. Maksud saya, jika harus mati saat sedang makan, saya akan memilih Tokyo.

Jadi, jika memang ingin meninggal saat sedang makan di Tokyo, makanan apa yang akan Anda pilih?

Tentu saja Sukiyabashi Jiro di tempat Jiro Ono. Itu sangat menakjubkan.

Jika seseorang mengunjungi Anda di New York, ke manakah Anda akan mengajaknya jalan-jalan?

Sejujurnya, saya sering mengajak mereka untuk makan yakitori ke beberapa tempat yang saya sukai seperti Torishin atau Yakitori Totto.

Jika harus merekomendasikan, saya menyuruh mereka pergi ke Russ & Daughters atau Barney Greengrass. Sebab, menurut pendapat saya, mengunjungi deli adalah hal unik yang bisa kita lakukan di New York.

Untuk kalangan kelas atas, saya akan merekomendasikan  Le Bernardin atau Marea.

Jika tidak tinggal di New York, tempat mana yang akan Anda sebut sebagai ‘rumah’?

Saya sering memikirkannya; saya merenungkan bagaimana rasanya tinggal di Sardinia atau tempat lain di Italia. Istri saya adalah orang Italia dan dia memiliki keluarga di sana.

Ah tidak, tetapi saya hanya bercanda. Saya adalah penggila kerja – dan menyukai pekerjaan saya. Saya rasa, saya sudah berjodoh dengan New York. Jadi, meskipun saya ingin menghabiskan waktu di tempat lain – seperti menghabiskan pensiun di puncak bukit Tuscany – rasanya seperti menipu diri sendiri.

Namun, jika nanti hal-hal dalam hidup saya tidak berjalan sesuai rencana, dan saya berakhir hidup sendiri serta menjadi pecandu alkohol, saya mungkin akan pergi ke Vietnam.

Apa yang membuat Anda ingin membuka pasar jajanan di New York?

Rasa bangga dan juga iri.

Saya selalu sedih jika mengingat New York tidak memiliki pusat jajanan seperti di Singapura, Kuala Lumpur, dan Hong Kong. Ia seharusnya menjadi kota terbaik di dunia, namun kenyataannya, New York tidak memiliki banyak pilihan makanan.

Jika ada kesempatan untuk mendirikan pasar yang penuh makanan, saya akan bergelung di dalamnya.

Apakah Anda memiliki kiat untuk menjelajahi kuliner pinggir jalan?

Apakah stan-nya ramai? Apakah makanan tersebut populer di kalangan warga lokal? Observasi seperti itu merupakan kunci.

Jika berada di wilayah yang kualitas airnya kurang bagus, saya akan menghindari makan sayuran hijau. Begitu pula dengan suhu ruangan di iklim tropis, mungkin saya akan menghindari daging.

Namun, selain itu, jika stan makanan ramai, saya akan mencicipinya. Taco jalanan yang kebersihannya tidak terjamin, saya akan tetap mencobanya.

Saya pun akan mengonsumsi semua makanan di India apabila tempatnya ramai. Mereka mungkin mencuci piring kotornya di sebelah saya, tapi saya tak peduli, saya akan tetap memakannya.

Apa pengalaman kuliner yang paling berkesan selama Anda travelling?

Saya pernah mendapat makanan terakhir dari elBulli (restoran bintang tiga di Cala Montjoi, Spanyol, yang tutup pada tahun 2011), itu sangat emosional. Semua orang yang ada di sana, tahu apa yang terjadi pada malam terkahir itu. Ruangan restoran dipenuhi dengan air mata.

Selain itu, yang paling berkesan adalah saat bersantap bersama koki legendaris Paul Bocuse dan Daniel Boloud di restoran milik Bocuse ([L’Auberge du Pont de Collonges, dekat Lyon, Prancis). Itu merupakan pengalaman sekali dalam seumur hidup yang bahkan tidak pernah berani saya impikan sebelumnya.

Dalam musim kelima Parts Unknown, Anda kembali ke Beirut, Lebanon, meskipun pernah ditangkap di tengah konflik pada 2006. Apa yang membuat Anda memutuskan untuk kembali ke sana?

Saya berpikir ada urusan yang belum selesai. Saya memiliki kenangan positif di sana sebelum perang pecah. Dan selanjutnya, saya selalu merasa, sebenarnya masih banyak sisi menarik dan positif dari Lebanon. Ia merupakan tempat yang kompleks dan unik. Di balik semua masalahnya, saya rasa Lebanon merupakan tempat yang harus dikunjungi banyak orang.

Saya terpesona oleh Lebanon, dan semua kru juga menyukai tempat tersebut. Oleh sebab itu, kami memutuskan untuk kembali ke sana dan menceritakan aspek lain dari negara tersebut. Saya akan sering melakukannya jika ada kesempatan.

Destinasi mana yang paling mengejutkan bagi Anda?

Iran, tentu saja. Orang-orang yang Anda temui, suasana, dan jalanannya tampak berbeda dari kebijakan asing dan geopolitik Iran. Kenyataannya, ia memang negara yang keras, namun ada sisi berbeda Iran yang kebanyakan tidak terlihat. Mengalaminya secara langusng sangat membingungkan namun mengasyikkan.

Bagaimana Anda dan kru menemukan keseimbangan antara “menikmati perjalanan” dengan “kepentingan shooting”?

Isi acara kami sangat subjektif. Jadi, kami berusaha membuat penonton merasakan hal yang sama dengan kami yang berada di lokasi. Beberapa orang mungkin mengatakan itu adalah proses buatan, tetapi sebenarnya, ini adalah acara dengan sebuah sudut pandang.

Saya tidak pernah menipu diri sendiri. Kenyataannya, saya adalah seorang jurnalis.

Apakah traveling untuk pekerjaan mengubah cara Anda berlibur?

Ya, sangat. Saya cenderung berdiam diri ketika liburan. Jika keluarga saya mengambil libur panjang ke pantai Long Island, dan saya harus menyetir, setelahnya saya akan diam.

Saya membiarkan anak perempuan saya membuat keputusan besar mengenai hal-hal yang akan dilakukan. Selain itu, sebisa mungkin, saya akan memilih makan sayuran dibanding junk food selama liburan.

Apa hal paling aneh yang pernah Anda lihat dalam perjalanan?

Saya telah melihat banyak hal yang bisa disebut aneh. Namun, pada saat ini, saya tidak tahu. Saya pernah tidur di atas tengkorak manusia….saya rasa itu cukup aneh.