Diduga, Pantai Terpencil Australia Dipenuhi Sampah dari Indonesia

By Gregorius Bhisma Adinaya, Senin, 25 Juni 2018 | 14:27 WIB
Dulunya pantai tidak sekotor ini (Blue Douglas via Kompas.com)

Lebih lanjut, Dr. Kroon mengatakan bahwa ada kecurigaan yang berkembang di masyarakat bahwa sampah yang mungkin masuk dari Teluk Carpentaria ini berasal dari Indonesia karena berbagai kondisi.

"Arus air dan arah angin sepanjang tahun ini tentu akan berkontribusi pada serpihan limbah yang terakumulasi di pantai-pantai itu," katanya.

Baca juga: Satu Langkah Lebih Dekat Menuju Lift Luar Angkasa ala Jepang

"Arus di teluk ini bentuknya sangat-sangat bulat - mereka berputar dan terus berputar-putar."

Khawatir dengan jumlah sampah di pantai di Arnheim Land, Luke Playford mengambil langkah untuk memotret sampah-sampah tersebut agar dapat mudah diteliti dari mana sampah ini berasal. Sampah yang berasal dari berbagai produk ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka berasal dari wilayah Indo-Pasifik.

Luke juga mengatakan bahwa ia pernah melihat pemodelan yang menunjukkan bahwa sampah memasuki Teluk Carpentaria karena angin barat laut yang bertiup dari wilayah Indonesia setiap musim hujan.

"Ketika musim berganti dan kami memasuki musim kemarau, angin dari Asia Tenggara bertiup dan mendorong limbah itu ke pantai-pantai yang berada di sisi barat Teluk," katanya.

Baca juga: Penurunan Permukaan Tanah, Jakarta Utara

Walaupun kadang sampah ini dapat tersapu kembali ke lautan, tetapi topan dapat juga membuat sampah-sampah tersebut terkubur di bawah pasir pantai. "Namun tujuan kami adalah mencegah sampah-sampah itu sampai di pantai dan mencegah hal itu terjadi," ucap Luke.

Tidak hanya mengotori pantai, sampah-sampah ini juga membahayakan satwa laut. Bekas gigitan satwa laut pada sampah plastik ini menunjukkan bahwa ancaman ini adalah nyata.

Lebih lanjut, Luke mengkhawatirkan penyu yang akan bertelur dan bersarang di pesisir pantai. Bisa saja mereka akan memakan sampah-sampah plastik karena salah mengidentifikasi.

Bahkan untuk menuju pantai saja, penyu-penyu ini harus mengeluarkan usaha yang lebih berat karena harus "membelah" kumpulan sampah. Terlebih lagi ketika mereka harus menggali pantai untuk menguburkan telur mereka di antara sampah-sampah yang terkubur.