Shoko Asahara, pemimpin aliran sesat dan dalang di balik serangan gas sarin yang mematikan di Tokyo, dieksekusi mati pada Jumat (6/7), setelah 22 tahun dipenjara.
Asahara yang merupakan pendiri sekte hari kiamat Aum Shinrikyo, berhasil membujuk pengikutnya untuk menyebarkan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo pada 1995. Serangan tersebut membunuh 13 orang dan membuat ribuan terluka.
Dengan rambut dan janggut panjangnya, pria buta ini dianggap sebagai pemimpin yang karismatik. Ia juga pembicara yang handal. Inilah yang membuat Asahara berhasil menarik puluhan ribu orang untuk menjadi pengikutnya.
Baca juga: Melalui Gerakan Pemuda Hitler, Nazi Mendoktrin Jutaan Anak-anak Jerman
“Asahara sangat pandai mencuci otak,” kata Kimiaki Nishida, profesor psikologi sosial di Rissho University, Tokyo.
“Ia menjerat anak-anak muda yang merasakan kekosongan di tengah masyarakat Jepang,” imbuh Nishida.
Kepada para pengikutnya, Asahara mengatakan bahwa dia akan membantu mereka untuk mendapatkan kekuatan Tuhan dengan beberapa pelatihan. Selain itu, ia berjanji akan menciptakan “dunia baru” setelah peristiwa Armageddon – yang diprediksi terjadi pada 1997.
Hobi melakukan kekerasan
Asahara lahir dengan nama Chizuo Matsumoto pada 2 Maret 1955. Kedua orangtuanya merupakan pembuat tikar di Yatsushiro, prefektur Kumamoto, Jepang.
Ia mulai memanggil dirinya dengan nama Asahara pada 1980-an, ketika sekte Aum didirikan.
Asahara diterima di sekolah asrama untuk anak-anak tunanetra ketika berusia enam tahun. Sejak saat itu, ia sudah memiliki reputasi sebagai perisak.
“Bagi Asahara, kekerasan seperti hobi. Sekali marah, tidak ada yang bisa menghentikannya,” ujar teman sekelas Asahara.