Shoko Asahara, Pemimpin Sekte Sesat dan Serangan Gas Beracun di Tokyo

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 6 Juli 2018 | 18:26 WIB
Shoko Asahara (AFP/Jiji Press)

Di usia ke-19, Asahara meninggalkan sekolah setelah lulus kualifikasi sebagai ahli akupuntur.

Anggota Aum Shinrikyo melakukan meditasi di depan foto guru mereka, Shoko Asahara. (Getty Images)

Penglihatannya yang buruk membuat Asahara tidak bisa meneruskan ke sekolah kedokteran. Pria tersebut juga gagal mendapat izin belajar hukum di University of Tokyo.

Pada 1978, ia menikahi Tomoko dan memiliki empat anak perempuan serta dua anak laki-laki.

Empat tahun kemudian, Asahara bermasalah dengan hukum. Dia ditangkap dan didenda karena menjual obat terlarang untuk pelatihan akupunturnya di timur Tokyo.

Setelah peristiwa tersebut, Asahara memutuskan untuk bertapa. Ia bepergian ke India dan membaca buku-buku agama, sebelum akhirnya menjadi instruktur yoga, dua tahun kemudian.

Asahara mengaku mendapat pencerahan di Himalaya, lalu mulai berkhotbah dan mencampurkan berbagai macam ajaran dengan buatannya sendiri.

Mengacaukan pemerintahan

Pengikut Asahara mengatakan bahwa gurunya yang sering memakai piama Tiongkok tersebut, memiliki kekuatan ekstra (indra keenam) dan mampu melayang di udara selama beberapa jam.

Pada 1990, Asahara gagal dalam pemilihan parlemen. Setelah itu, ia menjadi ganas.

Aum Shinrikyo mulai mengembangkan senjata kimia. Pada 20 Maret 1995, mereka menyebarkan gas sarin di beberapa titik di kereta bawah tanah Tokyo, selama jam sibuk pagi hari.

Salah satu korban serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo. (Junji Kurokawa/AFP)