8 Kebiasaan Yang Dianggap Buruk Ini Sebenarnya Tanda Bahwa Anda Cerdas

By Gregorius Bhisma Adinaya, Senin, 23 Juli 2018 | 13:43 WIB
Ada beberapa perilaku "buruk" yang ternyata punya dampak baik. (estherpoon/Getty Images/iStockphoto)

Hidup di tengah masyarakat tentu harus "berdamai" dengan norma dan aturan yang berlaku. Berbeda budaya, berbeda juga norma yang ada. Beberapa perilaku pun seringkali dicap sebagai perilaku yang tidak baik dengan berbagai alasannya.

Meski demikian, seringkali norma yang ada di tengah masyarakat bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh sains. Cukup banyak contoh yang bisa diangkat terkait dengan beberapa kebiasaan yang sudah terlanjur diberi label "kebiasaan buruk".

Baca juga: 95 Kerangka Warga Kulit Hitam Korban Kerja Paksa Ditemukan di Texas

Berikut ini adalah delapan kebiasaan "buruk" yang kita miliki dan penjelasannya dari sudut pandang sains.

1. Menunda

Selama ini, perilaku menunda identik dengan perilaku malas. Menunda dianggap sebagai keengganan untuk melakukan sesuatu dengan segera. Namun, Profesor Wharton dan Adam Grant berpendapat bahwa menunda tidak melulu berarti malas.

Menurut mereka, orang yang menunda sesuatu adalah orang yang sedang menunggu waktu tepat. Dengan menunda ini, kreativitas akan mengalami peningkatan. Kesempatan lebih untuk mengembangkan ide menjadi alasan di balik argumen tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Rachel Gillett, Grant memberi contoh nyata Steve Jobs yang berperan penting akan berdirinya Apple. "Steve Jobs gemar menghabiskan lebih banyak waktu agar ide lebih banyak muncul. Hingga akhirnya ia memilih yang paling konvensional, yang paling jelas, dan paling akrab untuk masyarakat," ucap Grant.

2. Menggigit kuku atau menghisap jempol

Sebuah penelitian mengamati 1.000 anak sejak masih berusia 5 tahun. Saat usia anak 5, 7, 8, dan 11 tahun, peneliti bertanya pada orangtuanya apakah anak mereka gemar menggigit kuku atau mengisap jempol.

Berdasarkan pertanyaan tersebut, ada tiga kelompok yang ditemukan, yakni kelompok pengisap jempol, penggigit kuku, dan anak yang memiliki kebiasaan keduanya.

Saat anak-anak berusia 13 dan 32 tahun, peneliti melakukan sebuah tes alergi. Hasilnya, kelompok yang suka menggigit kuku atau menghisap jempol cenderung tidak memiliki alergi. Dengan penelitian ini, terungkap bahwa perilaku menggigit kuku atau menghisap jempol mungkin mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap alergi.