Pesawat Supersonik
Sebuah perusahaan kecil bernama Boom Supersonic sedang mencoba mengembangkan penerbangan supersonik. Upaya ini mendapat dukungan dari Richard Branson, seorang industrialis asal Inggris. Pesawat supersonik menggunakan tiga mesin—sebelumnya empat—untuk mengurangi masalah besar pada pesawat serupa, yakni biaya bahan bakar.
Walaupun lebih mudah direalisasikan, sayangnya, kebisingan menjadi satu masalah tersendiri pada penerbangan supersonik. Ledakan sonik, atau sonic-boom, menjadi penyebab utamanya.
Hal inilah yang kemudian menjadi tugas rumah terbesar dalam pengembangan pesawat supersonik. Meski begitu, hal ini tidaklah menjadi hambatan yang menghentikan para pengembang teknologi penerbangan ini.
NASA melalui proyek QUESST (QUiEt SuperSonic Technology) berusaha menjawab permasalahan ini. Beberapa pihak pun beranggapan bahwa permasalahan ini akan selesai dalam waktu yang tidak lama.
Perjalanan hipersonik
Melakukan perjalan hipersonik berarti melakukan perjalan lima kali lebih cepat daripada kecepatan suara. Teknologi hipersonik menjadi rencana yang cukup menjanjikan dalam bidang transportasi berkecepatan tinggi.
Boeing bahkan telah merencanakan pembuatan pesawat hipersonik yang mampu mengubah penerbangan tujuh jam menjadi dua jam saja. Konsep jet yang baru saja diresmikan Boeing ini, memiliki potensi kecepatan tertinggi: lebih dari 3.800 mph. Lebih cepat dari pesawat supersonik.
Dengan kecepatan tersebut, pesawat ini bisa menyelesaikan perjalanan lintas Atlantik dalam waktu 120 menit – bahkan mengalahkan rekor jet Concorde yang menghabiskan waktu dua jam 52 menit. Sementara itu, perjalanan lintas Pasifik dapat dicapai dalam waktu tiga jam.
Namun, bagaimana pun juga, pihak Boeing meminta kita untuk bersabar. Salah satu produsen pesawat terbesar di dunia ini mengatakan, mereka baru membuka pemesanan tiket pada akhir 2030.
Baca Juga: Cacing Gelang Hidup Kembali Setelah Membeku Selama 40 Ribu Tahun
Terdapat dua teknologi yang bisa menjadi kunci dalam perjalanan hipersonik, yaitu ramjet dan scramjet. Dijelaskan oleh Mark Quinn, teknologi ramjet memiliki permasalahan pada suhu. Pergerakan yang terlalu cepat dapat menciptakan gelombang kejut yang menghasilkan panas berlebih. Batas panas yang mampu dicapai hanya sampai pada 2000 kelvin.
Scramjet kemudian hadir sebagai solusi permasalahan tersebut. Alih-alih melambatkan pergerakan menggunakan gelombang listrik yang kuat, scramjet menggunakan gelombang yang lebih sedikit untuk mempertahankan aliran, sehingga mampu membatasi peningkatan suhu.
Permasalahan yang kemudian mengemuka adalah jumlah karbon yang dihasilkan. Untuk mendapatkan perjalanan hipersonik yang ramah lingkungan diperlukan sumber listrik yang melimpah. Hal ini dibutuhkan untuk mendapatkan jumlah hidogren yang cukup dari air sebagai bahan bakar.