Nationalgeographic.co.id - Pada hari itu, Yogesh menjadi salah satu dari puluhan orang India yang terinjak gajah hingga meninggal. Meski semua pekerja di perkebunan kopi sadar akan bahaya tersebut, namun peristiwa ini tetap mengejutkan keluarga Yogesh.
“Semuanya terjadi dengan cepat. Gajah tiba-tiba muncul dari semak-semak, menginjak kakakku, lalu pergi begitu saja,” kata Girish, adik laki-laki Yogesh.
Bersama dengan istri dan kedua anaknya, Yogesh tinggal di Karnataka, wilayah yang memiliki jumlah populasi gajah terbesar. Diperkirakan ada enam ribu gajah di sana.
Baca juga: Padang Rumput Pulau Komodo Terbakar, Rokok Diduga Sebagai Penyebabnya
Dahulu, Karnataka menjadi rumah yang aman bagi para gajah. Namun, ketika populasi penduduk di India berkembang hingga 1,3 miliar, banyak orang merambah ke habitat hewan pachyderm tersebut dan membangun kehidupan di sana. Konflik pun tak dapat dihindari dan menimbulkan efek menyakitkan bagi kedua belah pihak.
Pemerintah India menyatakan, 1.100 penduduk meninggal akibat konflik dengan gajah dalam tiga tahun terakhir.
Sementara itu, gajah juga harus membayar harga yang mahal: diketahui ada 700 kematian dalam delapan tahun terakhir.
Beberapa dari mereka mati akibat tersengat listrik, tertabrak kereta, serta dibunuh oleh penduduk setempat yang marah karena keluarganya meninggal atau perkebunannya dirusak gajah.
Penjara gajah
Di Karnataka, penjaga hutan memiliki tugas untuk menangkap gajah yang berkeliaran. Mereka kemudian mengirim gajah-gajah yang dianggap bermasalah ke Dubare Elephant Camp.
J.C Bhaskar, salah satu petugas kamp, mengatakan, meskipun tampak seperti penjara, namun sebenarnya itu adalah pusat rehabilitasi dan pelatihan gajah.
“Kami sudah menyiapkan tempat tersebut sebelum gajah-gajah ditangkap. Kami menyebarkan jerami dan daun-daun agar mereka bisa tinggal dengan nyaman,” katanya kepada AFP.