Nationalgeographic.co.id - Manusia bukan satu-satunya yang menderita karena gelombang panas. Suhu tinggi membuat hewan-hewan, khususnya di Eropa, juga merasakan penderitaan yang mungkin lebih parah.
Penguapan air yang lebih cepat dari biasanya memaksa beberapa hewan di Inggris meninggalkan habitat alaminya. Mereka harus pergi mencari tempat baru agar dapat bertahan hidup.
Menurut para ilmuwan, vegetasi tempat hewan dan serangga tinggal, menjadi kering akibat gelombang panas. Padang rumput yang tadinya subur tergantikan dengan jerami coklat yang gersang. Kolam dan sungai yang menjadi rumah bagi mamalia kecil menjadi kering karena air yang terus menurun.
Keadaan tersebut menjadi masa-masa sulit bagi hewan di Inggris. Perubahan habitat juga membuat hewan-hewan tersebut semakin rentan terhadap serangan predator.
Baca Juga: Sebentar Lagi, Wifi Bisa Digunakan Untuk Mendeteksi Senjata dan Bom
Di Skotlandia, ada laporan tentang musang yang terbunuh di jalan ketika sedang mencari makan. Gelombang panas yang mengubah habitat musang, memaksa mereka untuk mencari makan di tempat yang lebih jauh dari biasanya. Menurut UK Wildlife Trusts, tanah yang kering membuat cacing – makanan musang – harus menggali lebih dalam lagi.
"Permasalahan dari gelombang panas yang terus-menerus adalah banyak serangga yang bergantung pada tanaman yang sayangnya sekarang ini telah mengering," kata Brian Eversham, CEO Wildlife Trust.
Kebakaran hutan yang berkali-kali terjadi di Eropa diketahui telah membunuh burung-burung beserta telurnya. Selain itu, hewan-hewan kecil seperti tikus juga ikut terbunuh. Terbunuhnya hewan-hewan kecil di hutan berdampak pada pemangsa, seperti burung hantu dan burung kenari.
Menurut Bruce A. Stein, kepala ilmuwan di National Wildlife Federation Virginia, hewan yang paling rentan dalam gelombang panas adalah hewan yang sering bergantung pada habitat tertentu. Selain itu, hewan yang hidupnya sangat bergantung pada suhu juga rentan ketika menghadapi gelombang panas.
Baca Juga: Gajah Terlindung dari Kanker Karena Gen Zombie Dalam Tubuhnya
Stein menjelaskan, hewan amfibi merupakan salah satu yang terancam karena mereka perlu menjaga kelembapan kulit mereka agar dapat bernafas. Ketika kolam mengering dan habitatnya tidak memiliki kelembaban, maka akan sulit bagi mereka untuk tetap bertahan.
Lebih lanjut, Stein mengungkapkan bahwa suhu yang meningkat juga dapat membuat hewan lebih rentan terhadap penyakit.
"Ketika berhadapan dengan cuaca panas, maka daya tahan tubuh akan melemah. Hewan-hewan akan menghabiskan lebih banyak energi untuk mencoba bertahan," paparnya.
Para ilmuwan di Inggris juga mengkhawatirkan terjadinya penurunan populasi kupu-kupu secara drastis. Meskipun cuaca hangat merupakan kondisi yang ideal untuk serangga, kekeringan telah menyebabkan ulat kehilangan tanaman untuk bertahan hidup.
Selain itu, para ilmuwan mengatakan bahwa suhu panas juga dapat memengaruhi kemampuan terbang kupu-kupu.
"Generasi kupu-kupu berikutnya mungkin akan mati kelaparan," kata Katie Callaghan, dari Butterfly Conservation UK.
Baca Juga: Peneliti: Ada Banyak Planet Seperti Bumi di Alam Semesta
Sementara itu, gelombang panas yang melanda Jerman dan Swiss membuat populasi ikan terancam. Holger Sticht, dari Badan Perlindungan Lingkungan, mengatakan bahwa suhu tinggi di Jerman telah menjadi bencana bagi populasi ikan yang hidup di sungai Rhine.
Menurut para ilmuwan, panas tahun ini dapat menjadi pratinjau tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Seperti yang kita ketahui, di Eropa, musim panas tahun ini sedang membuat rekor baru. Di Portugal, suhu tertinggi mencapai 114,8 derajat fahreheit.
Suhu tinggi juga memicu kebakaran hutan. Api setidaknya berhasil memorakporandakan hutan-hutan di Yunani, Portugal, Spanyol, Irlandia, hingga Swedia. Selain itu, gelombang panas tahun ini membuat sebagian besar negara Uni Eropa menderita kekeringan.