Nationalgeographic.co.id - Pada musim panas tahun ini, hampir semua orang di dunia mengalami panas menyengat. Di Amerika Utara, suhu yang ekstra hangat itu diikuti oleh cuaca kering berkepanjangan yang berbahaya bagi kondisi alam liar.
Kebakaran juga terjadi di Lingkaran Arktika akibat gelombang panas terparah sepanjang sejarah.
Namun, menurut peneliti, suhu di musim panas 2018 tidak ada apa-apanya jika dibandingkan prediksi empat tahun mendatang. Studi terbaru menyatakan bahwa iklim empat tahun ke depan bisa menjadi lebih panas dan melebihi batas normal.
Baca juga: Diduga Karena Korsleting, 27 Rumah Adat Megalitikum Habis Dilahap Api
Para peneliti dari French National Center for Scientific Research (CNRS), University of Southampton, dan Royal Netherlands Meteorological Institute, menciptakan sistem baru untuk memprediksi skenario iklim yang berbeda dari metode simulasi tradisional.
Metode baru ini juga dapat menghitung simulasi hanya dalam seperseratus detik di laptop, sementara pemodelan lainnya memakan waktu hingga satu minggu untuk mendapatkan hasilnya.
Studi yang dipublikasikan pada jurnal Nature ini menunjukkan bahwa secara global, suhu akan sangat panas sepanjang 2018 hingga 2022.
Sistem tersebut memprediksikan bahwa dalam beberapa tahun lagi, frekuensi suhu dingin akan menurun secara signifikan dan badai tropis meningkat.
Baca juga: Terkena Dampak Polusi, Bangunan Taj Mahal Terancam Diruntuhkan
Menurut para peneliti, metode mereka cukup akurat dan bisa diandalkan. Meski begitu, apa yang terjadi di masa depan mungkin bisa lebih parah dari perkiraan sebelumnya, tergantung pada emisi karbon dari aktivitas manusia.
Mereka berencana untuk menyempurnakan metode statistiknya agar bisa membuat prediksi regional dan mampu memerkirakan tingkat curah hujan di masa depan.
Source | : | Earth.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR