Nationalgeographic.co.id - Ada pepatah yang mengatakan bahwa Taj Mahal akan berwarna merah muda di pagi hari, putih susu saat malam, dan keemasan ketika bulan bersinar.
Sayangnya, campuran polusi dan manajemen yang buruk, kini telah membebani Taj Mahal dengan lapisan berwarna cokelat kekuning-kuningan selama 24 jam, setiap harinya.
Kesal dengan “kelesuan” upaya restorasi Taj Mahal, Mahkamah Agung India baru-baru ini meminta pemerintah untuk memilih memulihkan atau menghacurkan monumen bersejarah tersebut.
Baca juga: 9 Alasan Mengapa Perubahan Iklim Memicu Kebakaran di Berbagai Negara
Berlokasi di Agra, negara bagian Uttar Pradesh, Taj Mahal merupakan salah satu bangunan ikonik di dunia. Ia dibangun oleh kaisar Mughal, Shah Jahan, sebagai ungkapan kesedihan atas kematian istrinya, Mumtaz Mahal.
Taj dibuat dari marmer putih tembus pandang, yang dibawa ke Agra dari barat laut India, Rajashtan. Bangunan tersebut kemudian dihiasi dengan batu semimulia seperti giok, pirus, safir, lapis lazuli, dan carnelian.
Seluruh bagian, termasuk taman dan dinding batu di sekitarnya, berhasil diselesaikan pada 1653.
Dampak polusi
Selama empat abad, Taj Mahal telah menua dan menggelap sebagai hasil oksidasi alami – seperti marmer berkarat. Namun, kondisinya semakin memburuk akibat lingkungan yang tidak bersahabat.
Taj Mahal basah kuyup dalam hujan asam, dilapisi jelaga dari cerobong asap industri, serta terkikis oleh polutan atmosfer.
Polusi udara di kota-kota India memang sangat menakjubkan, termasuk Agra. Sama seperti beberapa kota di Asia, meningkatnya kepemilikan mobil telah menyebabkan lalu lintas melonjak dan polusi udara yang semakin parah. Udara kotor yang merembes dari kilang minyak Agra dan cerobong asap pun tak terelakkan.
Polutan-polutan tersebut – sulfur dioksida, gas-gas Nox, dan partikel berbasis karbon – semakin membuat kulit putih Taj Mahal mengikis. Memberikan kilau berwarna kekuningan.
Source | : | Carolyn Roberts/The Conversation |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR